Harga BBM Subsidi Naik, Mari Kencangkan Ikat Pinggang
Isu kenaikan harga BBM memang sudah terhembus sejak lama. Kemarin SBY menahan untuk menaikan harga BBM mengingat pada kala itu Tarif Dasar Listrik baru saja dinaikan. Kali ini, giliran pemerintahan Jokowi yang harus membuat rakyat getir karena akan menaikan harga BBM.
Awalnya saya cukup delusional menganggap kenaikan harga BBM itu masih lama. Biasanya ada isu kencang dan perdebatan panjang dulu sebelum akhirnya harga BBM naik sehingga saya tenang-tenang saja. Namun semalam, tiba-tiba presiden kita berpidato menyampaikan bahwa Senin harga naik, bukan harga apartemen atau rumah mewah, tapi bahan bakar minyak bersubsidi.
Pendapat tentang kenaikan harga BBM ini sangat terpolarisasi antara yang pro dan kontra. Yang jelas dompet saya sih kontra. Masing-masing memberikan data dan argumentasi mengenai kenapa harga BBM harus naik dan kenapa harga BBM tidak perlu naik. Sulit untuk mencerna rangkaian informasi tersebut karena jujur, validitas informasi tersebut patut dipertanyakan. Apa alasan di balik argumen tersebut dibangun dari satu teori ke teori lain dari data yang saya sendiri tidak pegang fisiknya. Artinya apakah saya akan mendukung keputusan tersebut? Saya juga tidak tahu. Yang pasti tidak mendukung pun tidak ada artinya, harga premium akan tetap 8.500. Hadapi saja.
Kekhawatiran saya terbesar bukan di harga bensin. Saya bisa berhemat untuk pemakaian bensin sehari-hari. Tapi kalau harga-harga lain latah ikut naik, baru itu menjadi masalah besar. Kalau cuma mengurangi penggunaan BBM bersubsidi oke lah, tapi kalau juga harus merasakan semakin berat untuk membeli sembako, melonjaknya tarif transportasi, dan harga-harga lain ikut meroket, maka sebagian besar masyarakat Indonesia harus mengencangkan ikat pinggangnya erat-erat. Bahkan mungkin ada yang perutnya sudah terlalu kecil untuk bisa diikat dengan sabuk.
Untuk itu harapan saya adalah pemerintah Jokowi sudah punya strategi untuk menjaga stabilitas harga lainnya, bisa memberikan solusi bagi transportasi publik kita yang sangat menyedihkan, dan yang terpenting mampu mengalokasikan anggaran subsidi tersebut ke sektor yang tepat. Harapannya pengalihan anggaran tersebut bisa memajukan ekonomi di Indonesia sehingga taraf kesejahteraan bangsa kita juga maju.
Dan satu hal lagi, saya rasa pemerintah wajib mencontohkan perilaku berhemat yang baik kepada rakyatnya. Ini kita dalam status “berhemat nasional,” maka akan sangat tidak indah kalau para pejabat kita justru berfoya-foya dalam menikmati gaji dan anggaran dari rakyat. Pemerintah harus menunjukan semangat kerja yang sangat tinggi sehingga rakyat berada dalam kondisi mental yang sama dengan para pemimpinnya. Jadi, mari kita bersama-sama tidak hanya kencangkan ikat pinggang, tapi juga gulung lengan tangan, dan terus awasi penggunaan anggaran oleh pemerintah dan pejabat publik.
Tinggalkan Balasan