Dibalik Pemecatan 130 Karyawan di Rovio, Pencipta Game Angry Birds
Baru-baru ini diumumkan bahwa Rovio, perusahaan dibalik kesuksesan Angry Birds, akan melakukan pemotongan jumlah karyawan sebanyak 130 orang. Angka ini kira-kira setara dengan 16% dari sumber daya manusia yang mereka miliki. Hal ini disebutkan karena Rovio tengah menyiapkan tim untuk pertumbuhan yang cepat, akan tetapi belakangan ini hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perampingan ini dilakukan untuk memfokuskan di tiga divisi aja, game, media, dan consumer product. Disebutkan bahwa tiga divisi ini yang memiliki highest growth potential.
Rovio sendiri semenjak kesuksesan Angry Birds di tahun 2010 silam, terus-terusan melakukan ekspansi bisnis menjadikan Angry Birds sebagai sebuah brand. Yang terbaru, Rovio bersama Sony tengah menyiapkan film layar lebar yang akan diluncurkan di tahun 2016. Selain itu juga banyak lainnya lini bisnis yang digarap oleh Rovio mulai dari publishing, animation, franchising (saya pernah dengar kalau mereka membangun theme park Angry Birds), dan lain-lain. Jalur yang mereka ambil ini menurut saya sudah tepat karena brand Angry Birds mereka telah mendunia dan akan mudah untuk menyisipkannya ke bentuk media yang lain.
Namun memang dibalik investasi tentu ada resiko. Dengan core bisnis awal di game, Rovio terlihat terlalu sibuk mengembangkan brand. Ini bukan arah yang salah mengingat fans Angry Birds pun tidak kalah banyak, akan tetapi industri game bergerak dengan cepat dan pasar pun terus berkembang. Gameplay Angry Birds sudah tidak laku di pasar (model slingshot), tapi mereka tetap memasakan merilis berbagai judul dengan Gameplay tersebut. Misalnya Angry Birds Star Wars, Angry Birds Stela, dll. Posisi mereka di dunia mobile game sudah tergusur oleh pemain-pemain baru yang lebih fresh seperti King dan Candy Crushnya, Supercell dengan Hayday dan Clash of Clans, dan lain-lain. Sebagai pembanding, Revenue King tahun lalu mencapai $1,9 milyar sedangkan Rovio $197 juta.
Sebenernya game baru Rovio yang berjudul Angry Birds Epic menurut saya sudah tepat sasaran untuk menjadi lini produk terbaru Rovio dengan gameplay dan genre yang berbeda. Tantangannya adalah sanggupkah mereka membuat game yang bisa sehits Angry Birds seperti di awal? Apakah mereka bisa menduduki jawara grossing apps seperti King dan Supercell? Jawabannya tentu bisa asalkan mereka fokus ke root bisnisnya. Supercell yang memiliki tiga judul game yang selalu berada di top grossing tentu menurut saya memiliki kondisi finansial yang jauh lebih menarik daripada Rovio. Tim mereka kecil, tapi revenuenya lancar. Angry Birds Epic sayangnya gagal mengkonversi player menjadi revenue, menyusul judul-judul lainnya seperti Angry Birds Go, Amazing Alex, Tiny Theft, dll. Sepertinya dengan perubahan ini, mereka ingin kembali menancapkan taring di dunia mobile game.
Tinggalkan Balasan