My Journal

Kampanye Dengan Bukti, Bukan Janji

Karakter fiksi yang mau maju jadi presiden di negara auto pilot

Karakter fiksi yang mau maju jadi presiden di negara auto pilot

Sebentar lagi pemilu akan kita jalani. Di momen-momen seperti inilah sampah visual bertebaran di jalan-jalan. Poster tidak kreatif dengan kata-kata yang hampa terpampang di angkot, di pohon, di tiang, dan di berbagai titik yang memungkinkan untuk dikuasai. Buat saya pribadi, metode seperti ini udah tidak efektif. Saya tidak akan memilih seseorang hanya karena ada mukanya di pohon. Cara kampanye konvesional ini mungkin masih berlaku di banyak belahan daerah di Indonesia, tapi tidak untuk masyarakat yang sudah cerdas.

Menurut saya, metode kampanye paling ampuh adalah dengan bukti. Tunjukan dulu prestasinya di skala besar, baru maju mempimpin satu negara. Saya ambil contoh metode kampanye yang baik contohnya yang dilakukan Pak Anies Baswedan. Sukses membawa gerakan Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi, dan program-program lainnya dengan skala besar, akhirnya punya basis massa dan rekognisi, terbukti kapabilitasnya (walaupun banyak yang menyangsikan karena usianya yg masih muda dan pengalamannya yg belum banyak), baru maju menjadi presiden. Atau seperti Pak Dahlan Iskan yang rajin ngeblog dan menyampaikan pikirannya dibandingkan nongol di tiang listrik atau iklan di media. Atau yang paling mudah adalah tunjukan prestasinya dulu di jabatan yang lebih kecil seperti Pak Jokowi (walaupun sayang belum terbukti berhasil di Jakarta sudah mau nyalon presiden), Pak Ridwan Kamil, dan Bu Risma, buktikan kalau mereka sukses membangun kota menjadi lebih baik, baru naik jadi presiden. Setidaknya metode tersebut memberikan bukti bahwa dia kapabel, bukan sekedar janji. Metode kampanye dengan bukti dan prestasi jauh lebih ampuh dibandingkan janji-janji kosong dari orang yang baru nongol di pohon ato tiang listrik. Saya sendiri agak males ngeliat sampah visual dan sampah audio yang isinya mempromosiin diri tanpa membawa prestasi apa2.

Saya harap aja, di negri auto pilot ini, masyarakat bisa semakin cerdas untuk tidak memilih pemimpin yang lahir di tiang listrik, tapi mampu melihat pemimpin yang memang sudah berkualitas. Semoga masyarakat kita mampu membedakan pemimpin yang bagi-bagi nasi, dengan pemimpin yang mampu mensejahterakan rakyatnya hingga bisa beli nasi sendiri. Kalau emang pemimpin tiang listrik ini bisa maju jadi presiden, mending negeri ini dipimpin oleh karakter fiktif aja kayak Si Juki yang lagi mau nyalon presiden. Menurut saya gerakan #beraniBeda Si Juki ini adalah sindiran yang menarik untuk menampar politisi yang kampanyenya gak kreatif. (kalau penasaran, cek web nya di sini).

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: