My Journal

Startup Jangan Lupakan Bisnis

gambar diambil dari mayatos.blogspot.com

Beberapa hari yang lalu, dalam suatu event di Jakarta, saya bertemu dengan beberapa game developer. Kami sempat berdiskusi dengan semakin maraknya startup yang lahir, terutama di industri game. Tentu kami sangat excited dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri game di Indonesia. Dari hasil diskusi singkat dan ringan itu kami menemukan mengapa banyak dari pemain-pemain baru tersebut tidak mengalami perkembangan yang pesat, stagnan, atau malah ada yang akhirnya tutup studio. Faktor terbesar yang menyebabkan startup tersebut gulung tikar adalah lupa untuk memikirkan bisnisnya.

Sebagai game developer (saya coba ambil startup game developer saja yah), tentu membuat game adalah passion terbesar kita. Begitu kita berhasil menciptakan imajinasi kita menjadi sebuah bentuk nyata yang bisa berinteraksi dengan orang-orang, rasanya luar biasa sekali. Melihat codingan kita digunakan jutaan orang, melihat hasil desain kita dipuji orang, dan sebagainya, rasanya sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Oleh karena itu tidak heran jika seorang game developer hanya ingin fokus mengembangkan gamenya. Hal itu tidak salah, malah bagus, menjadi seorang game developer berarti memang harus mengembangkan gamenya sebaik mungkin.

Tapi ada satu hal yang penting, membuat startup itu artinya membuat perusahaan. Jadi bisa dibilang, secara teknis, ya gak ada bedanya dengan pengusaha-pengusaha lainnya. Ada knowledge yang harus dipelajari untuk bisa jadi pengusaha yang tidak kita pelajari kalau ingin membuat game saja. Mulai dari masalah leadership, self development, communication, finance, law, administration, dan masih banyak hal lainnya. Itu mengapa, penting sekali bagi sebuah startup untuk memiliki orang bisnis atau belajar bisnis di antara jajaran foundernya. Jangan dalam satu startup, semua-semuanya isinya orang teknikal saja. Yang namanya perusahaan, kalau mau sustain, ya harus growth. Untuk bisa berkembang itulah nanti akan sangat dibutuhkan sebuah visi dan strategi bisnis.

Ambil contoh deh, startup game yang saat ini sudah besar, agate studio, CEO-nya latar belakangnya IT. Teknikal banget kan. Tapi kata teman sekelasnya dulu di bangku kuliah, di kelas itu Arif kerjaannya baca buku bisnis dan pengembangan diri. Itu mengapa Agate bisa tumbuh dan semakin besar. Tapi memang masalahnya, sedikit sekali orang teknis yang mau masuk ke area bisnis. Untuk itu, perluas pergaulan, cari teman sebanyak-banyaknya, dan ajak teman kita yang mengerti bisnis untuk turut serta mengembangkan startup tersebut. Ini juga bukan hal yang cukup mudah soalnya kita-kita yang berkutat di dunia teknis cenderung untuk menutup diri dengan lingkungan dan hanya bergaul dengan lingkungan yang itu-itu saja. Akhirnya, sulit untuk bisa menemukan rekan yang memang mengerti bisnis dan bisa membantu kita dalam membangun startup.

Oke, kesimpulannya adalah startup itu adalah perusahaan. Ketika membangun startup, status kita adalah bisnisman. Jadi, unsur bisnis dalam komponen startup itu hukumnya adalah wajib. Sebagai founder, harus mau belajar bisnis atau enggak mencari rekan yang mengerti bisnis untuk bisa membangun startupnya bersama-sama.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Comment on Startup Jangan Lupakan Bisnis

  1. Untung gw gak bikin startup #eh

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: