My Journal

Kebiasaan Meminta-minta

gambar diambil dari acehloensayang.com

Saya punya prinsip hidup untuk selalu memberi mereka yang membutuhkan tanpa pamrih, tentu jika dalam keadaan mampu. Tapi ternyata prinsip tersebut tidak bisa ditelan mentah-mentah karena dapat berefek negatif kepada mereka yang diberi. Ketika terus-menerus diberi, lama-lama mereka menjadi memiliki kebiasaan meminta-minta. Saya ada sedikit kasus nyata yang terjadi terkait kondisi tersebut.

Ada orang di dekat tempat tinggal saya yang kebetulan tidak mampu. Sehari-hari ia berjualan dengan gerobaknya. Saya cukup sering beli di sana dan dekat dengan mas yang jualnya dan juga ibunya. Suatu ketika, si mas ini terkena penyakit dan membutuhkan biaya cukup besar. Saya pun menggalang dana dengan teman-teman untuk membantunya. Paska operasi, saya juga sering memberikan bantuan jika ada kebutuhan terkait pemulihannya. Jujur, saya tidak pernah menghitung berapa yang sudah saya berikan karena prinsipnya setelah diberi, harus langsung dilupakan. Terkadang, beliau yang datang duluan ke saya, cerita klo lagi ada masalah, dan meminjam uang ke saya. Saya pun melakukan hal yang sama, berikan dan lupakan, walau namanya pinjaman, tapi saya tidak mengharapkan ada yang dikembalikan. Hal itu berlangsung sudah cukup lama, sudah bertahun-tahun, hingga akhirnya, tiba pada suatu titik dimana saya bisa merasakan “rasa gak enak dan malu” ketika meminta/meminjam uang itu sudah tidak ada. Beliau jadi terbiasa meminta-minta, bahkan untuk kebutuhan yang tidak cukup mendesak. Jujur aja, ketika beliau meminta hingga angka 6 sampai 7 digit, saya tidak pernah masalah. Tapi terakhir, beliau meminta sesuatu yang tidak cukup mahal, tapi karena saya merasakan ada tanda-tanda “menjadi kebiasaan meminta”, saya pun mulai resisten. Saya tidak pernah peduli kalau kebutuhan yang dia ceritakan itu jujur atau bohong, saya selalu berprasangka baik. Tapi untuk kebutuhan dengan harga segitu, dan saya lihat dia merokok, saya jadi berpikir ulang. Itu besarnya hampir sama gitu kayak harga sebungkus rokok. Jadi ya, dengan amat sangat berat hati, dan demi kebaikan beliau juga, saya coba untuk tidak memberikan. Sulit loh berkata tidak itu. Hahaha… butuh pergolakan hati yang cukup besar :p

Jadi pembelajarannya adalah kita juga harus memikirkan efek buruk dari membantu dan memberi kepada orang lain. Bisa jadi hal itu membuat seseorang menjadi terbiasa meminta-minta dan menjadi ketergantungan. Ternyata tidak semudah itu juga yah memberi kepada orang lain, ada efek buruk yang harus kita pertimbangkan juga.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Kebiasaan Meminta-minta

  1. Betul gan.

    Minta itu juga perlu, tapi kalau minta-minta terus….lebih baik bantunya pakai cara lain kali ya.

    Di tempat saya juga ada orang seperti itu. Dulu saya sempat kasih bantuan beberapa lama, tapi setelah dipikir-pikir kok sepertinya kurang bermanfaat. Jadi saya stop dulu deh πŸ™‚

    Suka

  2. saya py pengalaman jg. sering membantu seseorg, awalnya g masalah lama2 jadi kebiasaan. akhirnya sy ubah tdk memberikan scr gratis, namun dg cara dihutang, yg pembayarannya dicicil slm bbrp bln. Namun ternyata tdk pernah diangsur sama sekali. Sepertinya emang spt itu wataknya. Dan mulai saat itu sy g pernah lg mau memberi ato meminjamkan apapun pada dirinya.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: