My Journal

Saya Memetik Pelajaran Dari PLO: 1. Cendekiawan dan Nelayan

Sebelum saya memulai, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu apa itu PLO. PLO adalah profession and leadership orientation yang diadakan untuk kami, mahasiswa sekolah teknik elektro dan informatika ITB 2008, dari senior kami. Pembukaan sekaligus pertemuan pertama diadakan pada tanggal 10 Mei 2009. Dari pertemuan itu, saya banyak mendapat pelajaran yang membuka cakrawala saya. Saya akan membahas hal-hal yang menggugah idealisme dan prinsip saya dalam menjalani hidup.

Pelajaran pertama datang dari sebuah cerita di salah satu pos ketika diadakan amazing race (10 Mei 2009). Di pos ini terdengar sebuah kisah yang diceritakan oleh salah seorang senior saya. Seorang cendekiawan yang luar biasa pintar yang sedang melakukan perjalanan. Perjalanannya terhenti di pinggir pulau, di mana sebuah lautan yang luas menghalangi langkahnya untuk berjalan. Namun ia bertemu dengan seorang nelayan dan kapalnya. Sang cendekiawan tersebut memanggil sang nelayan dan meminta bantuan nelayan untuk menyebrangkannya ke pulau sebelah. Nelayan tersebut dengan senang hati mengantar cendekiawan tersebut. Di tengah perjalanan, sang cendekiawan bertanya kepada sang nelayan. “Apakah anda pernah belajar matematika?” Sang nelayan menjawab, “Saya tidak pernah mas”. Kemudian sang cendekiawa berkata “berarti anda telah kehilangan seperempat dari hidup anda”. Lalu sang cendekia kembali memamerkan keilmuannya dengan menanyakan kepada sang nelayan, “Apakah anda pernah belajar filsasat?”, kemudian sang nelayan menjawab “wah, saya juga tidak pernah belajar filsafat mas.” Dengan angkuh sang cendekiawan kembali berkomentar, “Berarti anda telah kehilangan seperempat dari hidup anda.”. Sang pelayan masih terus mendayuh kapal tersebut mengarungi lautan tersebut. Lalu sang cendekiawan kembali bertanya, “Pasti anda pernah belajar fisika kan?”, kemudian sang nelayan menjawab “waduh mas, saya mah tidak pernah belajar kayak begituan.”. Komentar cendekiawan tersebut pun serupa, “berarti anda telah kehilangan seperempat dari nyawa anda”. Lalu tiba-tiba angin kencang berhembus, ombak semakin tinggi, dan langit bergemuruh. Kapal terhantam ombak besar hingga hampir tenggelam. Sang cendekiawan sudah panik namun sang nelayan masih tetap tenang. Lalu sang nelayan bertanya, “Apakah mas bisa berenang?”, kemudian sang cendekiawan menjawab dengan panik “Tidak pak,,!!”, kemudian sang nelayan berkata, “Berarti anda akan kehilangan semua hidup anda“.

Pelajaran berharga dari cerita itu adalah bahwa kita, siapapun kita, jangan lah menganggap diri kita itu paling pintar. Janganlah kita merendahkan orang lain. Saya seorang mahasiswa yang mengemban pendidikan akademik yang dicap sebagai seorang cendekiawan, tidak boleh tenggelam dalam kesombongan dan menganggap orang lain lebih rendah. Setiap manusia itu unik, ia memiliki kelebihan masing-masing. Kita harus bisa menyadari hal tersebut dan menghargai setiap perbedaan yang ada. jadilah seperti padi. Padi yang semakin berisi semakin merunduk

gambar dari http://www.satudunia.net/

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Saya Memetik Pelajaran Dari PLO: 1. Cendekiawan dan Nelayan

  1. ‘like this’ (dgn acungan jempol kanan). hhe…

    Suka

  2. Tunggu pelajaran2 berikutnya dari PLO
    ntar saya sharing lagi

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: