Saatnya Bayi Bersuara Di Pemilu
Nampaknya pemilu 2009 ini sangat memilukan. Di saat orang-orang banyak yang antipati dengan pemungutan suara ini, panitia pemilihan umum juga tidak siap. Persiapan dari pihak panitia terlihat terburu-buru dan berantakan. Hal tersebut terlihat dari beberapa bagian yang tidak rapih. Seperti pada logistik, kotak suara di beberapa daerah menggunakan kardus bekas televisi, menggunakan kardus bekas kota bilik suara, menggunakan meja yang dibalik, dan lain-lain. Distribusi kertas suara juga tidak berjalan dengan baik. Beberapa surat suara tertukar dengan daerah lain. Lalu penanganan administrasi yang pasif dan tidak kondisional. Maksudnya adalah kita tidak dikoordinir dengan seksama dan pengurusan admnistrasi yang belibet. Yang paling mengenaskan adalah mengenai daftar pemilih tetap yang sangat aneh. Dari tempat saya menyontreng saja, sudah ada tetangga-tetangga saya yang mengalami masalah administrasi ini. Di RT sebelah, setengah warganya tidak terdaftar. Dari radio saya juga mendengar bahwa kasus serupa dialami oleh berbagai daerah di penjuru Indonesia. Kebetulan di radio tersebut menghadirkan seorang narasumber dari pihak panitia. Saya mendengar kasus-kasus serupa, permasalahan-permasalahan administrasi dan logistik, bahkan sampai bayi berumur 5 bulan pun tiba-tiba terdaftar sebagai pemilih. Namun saya sangat kecewa mendengar tanggapan dari sang narasumber, beliau nampak tidak ingin disalahkan dan terus-menerus menyalahkan para penanya dan pihak lain setiap kali menjawab pertanyaan. “Bapak coba cek lagi, mungkin bapak tidak teliti melihat nama bapak”, “seharusnya anda mengurus ini dari jauh-jauh hari”, “sebenernya kasus ini sering terjadi, tapi kali ini media masanya aja yang terlalu heboh. Kan partai-partai juga punya kepentingan sama kondisi ini”, dan lain-lain. Tidak ada pengakuan dari pihak panitia bahwa mereka kurang siap, kurang koordinasi, dan lain-lain. Tidak pula ada tindak lanjut dari panitia menyikapi kondisi ini. Siap-siap saja, saat pemilu presiden nanti TPU dipenuhi oleh balita yang menunggu untuk menyontreng presiden pilihannya.
Tinggalkan Balasan