My Journal

Lalu lintas ibu kota

Liburan ini saya banyak menghabiskan waktu mengendarai mobil ke beberapa daerah di jakarta dan sekitarnya. Sekedar untuk bermain, berkunjung, jalan-jalan, dan sebagainya. Sudah beberapa lama ini saya tidak bepergerian di ibu kota menggunakan kendaraan pribadi dan saya merasakan bahwa jalanan menjadi semakin liar. Suatu hari saya berkendara bersama teman saya yang baru pulang dari amerika. Kebetulan dia duduk di kursi belakang. Satu hal yang menarik adalah, walaupun di kursi belakang, dia tetap menggunakan seatbelt. Sebuah tindakan yang didasari oleh kesadaran akan keamanan, bukan lagi ketakutan akan hukum. Selama beberapa puluh menit kami berkendara, teman saya sering kali berkomentar mengenai kondisi lalu lintar di perkotaan yang dia nilai sangat brutal.

  1. Mobil saling seruduk untuk meminta jalan, bahkan tanpa menggunakan lampu sen
  2. Klakson yang sering dibunyikan (di Amerika jarang orang membunyikan klaksonnya)
  3. Rambu-rambu lalu lintas yang dilanggar (parkir di samping rambu dilarang parkir)
  4. Satu motor untuk satu keluarga (berlima)
  5. Ojek mangkal di perempatan (dan menutupi jalan bagi pengendara lain serta pejalan kaki)
  6. Motor yang berjalan melawan arus
  7. Motor yang berjalan di tempat pejalan kaki
  8. Sebenarnya masih banyak, tapi teman saya paling bingung dengan angkot. Mengambil penumpang di tengah jalan, ngetem di tengah jalan, dan mengemudikannya seperti orang kesurupan, nyelonong sana sini

Melihat semua itu, teman saya tertarik untuk mengambil kursus mengemudi di Indonesia. Dengan belajar mengemudi di jalanan yang sangat liar, begitu dia mengemudi di amerika, pasti akan menjadi pengemudi yang handal. Ibarat kata berlatih bola di Klub besar Eropa, lalu bertanding melawan klub kecil di Indonesia.

Ketika berdiskusi, bagaimana cara memperbaiki hal ini, salah satu opini yang terucap adalah bahwa polisi harus bertindak lebih tegas mengenai hal ini. Namun melihat polisi masih ada yang menerima uang damai mempersulit keadaan. Belum lagi jika polisi tersebut yang melanggar lalu lintas. Yang mengendarai motor sambil SMS. Sudah semakin pupuslah harapan kita untuk mendapatkan lalu lintas yang tertib dan rapi. Kalau begitu, biarlah lalu lintas berantakan, tapi diri kita harus membiasakan diri untuk menaati rambu lalu lintas. Cukup satu orang dari kita saja, diri kita sendiri. Mari ciptakan lalu lintas yang aman, nyaman, tertib, dan disiplin.

gambar-gambar dari : http://www.maludong.com

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: