My Journal

Antara Tulisan Melawan Video. Eksistensi Blog Post Di Era Short Form Video

Saya sudah menulis di blog ini dari tahun 2008, itu artinya sudah lebih dari 16 tahun saya menulis. Saya memang senang menulis, apalagi menulis sesuatu yang berasal dari keresahan pribadi tapi ternyata bisa membantu banyak orang. Tujuan utama saya masih terus menulis adalah agar problem-problem yang saya share di tulisan ini masih akan terus bisa diakses oleh siapapun dan kapanpun dengan mudah dan gratis. Tapi memang belakangan ini ada sebuah perubahan yang saya amati dari behaviour orang mencari informasi.

Kalau dulu, sangat wajar jika ada pertanyaan atau keresahaan, mereka search di google, dan akan banyak artikel juga blogpost yang membahas hal tersebut. Maka makesense buat saya untuk hadir di ranah blog agar bisa menjadi salah satu jawaban itu. Tapi hari ini, keresahan tersebut tidak lagi dicari di google, tapi di Youtube, Instagram, atau Tiktok. Tulisan saja bukan lagi hal yang menjadi pilihan pertama ketika seseorang mencari informasi, tapi sudah dalam bentuk video.

Kita harus beradaptasi dengan zaman. Karena balik ke tujuan awal dari blog ini adalah untuk menjadi bermanfaat, tentu apa yang ada di sini akan bisa lebih bermanfaat jika lebih teraksesibel, yakni dalam format video. Dan bukan sembarang video, short form content. Atau biasa kita liat dalam bentuk Youtube Shorts, Tiktok, atau IG Reels.

Sebenernya workflow proses buat saya bertransformasi ke medium short form video ini cukup mudah. Jauh sebelum era short form content ini, saya sudah sering membuat video, baik itu vlog maupun youtube video. Jadi pipeline untuk record video hingga editing juga tidak sulit bagi saya. Satu-satunya yang menantang buat saya adalah scripting. Di postingan blog ini maupun untuk youtube video saya, semua unscripted. Saya gak mikir panjang untuk membuat kalimat dan semua mengalir begitu saja. Makanya kadang tulisannya bisa panjang banget, kadang bisa pendek. Video-video saya pun begitu. Tapi ya mostly lebih dari 3 menit untuk satu video.

Nah di short form content era ini, satu video durasinya 1-3 menit. Bahkan Youtube Short masih kekeuh harus 1 menit. Saya klo “dilepas” begitu saja, 2-3 menit masih aman untuk membuat tulisan dalam mindset ini short form. Tapi klo untuk Youtube Short yang durasinya cuma 1 menit. Wah sulit banget. Kayaknya satu topik itu ada banyaaaak banget yang mau dibahas dan 1 menit itu kurang.

Jadi bagi saya, pindah ke form video itu masih sama menyenangkannya. Saya masih bisa menulis, saya juga senang editing, dan saya senang konten-konten saya bisa menjangkau lebih banyak orang. Tapi memang, workflow video bagi saya masih cukup panjang. Satu video saya bisa menghabiskan 30-45 menit untuk scripting, take video, editing, dan publishing ke instagram, tiktok, dan youtube. Dibandingkan klo nulis buat di blog, ini satu artikel saya bisa tulis 5-10 menit saja. Cuma untuk ngecut script biar jadi 1 menit ini yang buat saya masih kurang greget. Kayak gak holistik aja informasinya klo cuma semenit-semenit. Tapi ya mari kita liat aja yah.

So far aku udah lumayan konsisten upload reels dan VT, terus klo shorts pun bodo amat dicut satu menit sama youtub juga hahaha Jadi kalau kamu masih mau terus dapetin tips-tips tentang game dev di segement “Cara Jadi Gamedev” dan obrolan podcast dengan sesama gamedev di “apa kabar gamedev”, kamu bisa subsrcibe di youtube ku dan follow Instagram atau Tiktok yah.

avatar Adam Ardisasmita
About Adam Ardisasmita (1384 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar