My Journal

Skill Game Director Yang Masih Langka

Kalau ngomongin skill individual, kayaknya talenta game dev di Indonesia udah mampu untuk menunjukan kemampuan yang gak kalah bersaing. Programmer kita banyak yang jago, artist kita apalagi, juga game designer kita makin menunjukan inovasi dan juga kedalaman mekanik, musik juga kita gak kalah, tapi ada satu skill yang masih langka, yang nih mengorkestrai kumpulan talenta ini untuk membuat produk yang harmoni dan juga tereksekusi dengan baik. Skill game directing ini yang kita perlu perkuat agar game-game di Indonesia tidak mengalami dua masalah ini, 1. Game nya gak rilis-rilis, malah jadinya abandon, 2. Gamenya rilis, tapi gak ada yang mau beli.

Kemampuan apa sih yang dibutuhkan oleh Game Director? Ada empat hal yang harus dimiliki oleh seorang game director. Ada bonus satu lagi deng, jadi lima. Apa saja kah itu?

Memiliki Visi Game

Seorang game director harus tahu game seperti apa yang ingin dibuat, experience apa yang ingin dideliver, sehingga outputnya akan koheren. Untuk tahu unsur fun yang dikejar di game nya, tentu game yang akan dia direct haruslah game yang dia sendiri paham luar dalem terhadap genre game tersebut. Kalau mau bikin game Visual Novel, ya dia yang ngedirect harus khatam berbagai game VN yang ada di pasar. Kalau mau bikin game resource management, ya game directornya harus bisa ngulitin game-game setipe sampai bikin excel untuk maini game-game tersebut. Kalau mau bikin game tentang mecha, si directornya harus paham luar dalem semua elemen-elemen perobotan. Jadi dia tahu apa yang dia suka, apa yang player kayak dia suka, dan bisa memberikan goal game ini ingin mengejar experience apa.

Paham Kapasitas Tim

Ini juga gak kalah penting, kita tahu kita suka apa dan mau bikin apa, tapi pertanyaannya apakah tim kita sanggup deliver? Misal kita mau bikin game yang heavy di story, apakah kita punya narrative writer? Kalau kita mau bikin game online MOBA, apakah tim kita punya skill infra yang kuat? Kalau tim kita mau bikin game dengan style pixel art, apakah kita punya pixel artist? Jadi perlu ada sinergi juga dengan apa yang mau dibuat dengan apakah tim kita sanggup mengerjakannya. Kalau ternyata gak bisa gimana? Ya mungkin kamu bisa consider opsi outsource atau co-dev yah, tapi agak sulit kalau ternyata di tim dev kamu, para director lainnya (tech direct, art director, design director, dll) gak bisa ngedirect dari sisi teknis ke kontraktor outsourcingnya. Jadi kita perlu lihat juga strength dari tim kita.

Menemukan Product Market Fit

Nah ini yang paling susah, menemukan atau memvalidasi apakah game yang dia suka dan timnya bisa bikin itu ada yang mau beli. Dan yang mau beli ini angkanya signifikan. Karena klo cuma dikit yang tertarik beli, jadinya kita rugi dong. Kalau kita rugi, kita gak punya uang untuk nanti bikin game baru. Gak mau kan? Jadi memang perlu ada elemen bisnis di kepala game director untuk bisa menyelaraskan game yang dia mau buat dengan apa yang player harapkan. Jadi memang seorang game director itu juga harus aware tentang market research, user research, validation, dan lain-lain.

Mampu Berinovasi

Inovasi ini adalah kemampuan untuk menciptakan sebuah kebaruan dari apa yang sudah ada sebelumnya. Bisa sebuah iterasi yang lebih baik dari versi sebelumnya, bisa menemukan hal yang benar-benar fresh. Inovasi ini penting untuk memberikan keunikan dari game nya. Kenapa game kita perlu unik? Karena game kita perlu stand out. Contohnya ketika kita melihat sudah banyak sekali game city building, Wandering Village bikin game city builidng di atas punggung monster yang keliling-keliling. Di saat udah banyak game crafting, Potionomics bikin game crafting potion yang ada deck buildingnya. Nah tapi jangan salah, inovasi ini tentu ada resikonya. Dan untuk mengurangi resiko tersebut, perlu adanya riset. Tidak sekonyong-konyong sebuah core loop sebuah game yang udah works, di tambahin another mechanic dari game lain bisa works juga.

Komunikasi Yang Andal

Yang kelima ini yang suka kadang kelewat. Menjadi seorang director artinya menyelaraskan banyak kepala di dalam tim. Kepala-kepala tersebut pasti punya ego, punya asumsi, punya ekspektasi, punya emosi, punya unek-unek, dan punya perasaan. Di saat seorang game director harus bisa terus menjaga visi nya dan mempertahankan argumen-argumen yang ingin dibawa di game tersebut, game director juga harus membuka ruang untuk diskusi. Membalance kedua hal itu menjadi sangat penting. Ada kalanya akan terjadi debat panjang, ada kalanya ada momen semua orang bingung, ada kalanya moral sedang rendah, ada kalanya tim sedang semangat-semangatnya, seorang game director harus bisa membaca dan bertindak terhadap kondisi yang dinamis itu. Yang tak kalah penting adalah memastikan dan mengkomunikasikan agar visi dari gamenya tidak berbelok-belok. Jika dirasa ide-ide dari tim lain yang masuk udah kurang relevan, game director bisa mengingatkan.

Sayangnya, kelima hal ini bukanlah hal yang mudah untuk diajarkan. Insting itu kadang perlu dibangung dari jam terbang. Dan jam terbang itu ditentukan dari berapa banyak game yang sudah dia shipping. Makanya penting bagi seorang game director untuk memiliki experience merilis game yang utuh dalam jumlah banyak. Artinya dia tahu proses scoping dan gimana pada akhirnya game bisa scope creeping. Dia tahu gimana rasanya berkali-kali punya visi terhadap suatu ide game tapi tim nya gak bisa execute. Dia merasakan gimana rasanya bikin game yang menurut dia keren, tapi pas orang lain mainin responnya negatif. Hal-hal itu akan ngebangun insting dan juga muscle memory yang akan bikin seseorang bisa jadi game director yang bagus.

avatar Adam Ardisasmita
About Adam Ardisasmita (1384 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar