My Journal

Minimnya Keterbukaan Data Di Industri Game

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan salah veteran di industri game lokal yang sekarang sudah merambah juga bisnisnya ke industri film. Kalau ada yang tahu game Ragnarok, beliau yang membawa game itu ke Indonesia pada tahun 2003 dan bisnisnya terus tumbuh hingga sekarang. Bahkan sekarang merambah ke industri layar lebar yang berbasis game dari lokal. Belum lama ini beliau merilis film DreadOut dan juga Pamali. Satu kalimat yang menurut saya cukup menarik adalah Industri film di Indonesia itu saat ini maju cukup pesat di dalam negeri, bahkan sudah mulai bisa mengalahkan jam tayang film-film box office dari luar negeri. Hal ini disebabkan oleh keterbukaan informasi di industri film, yang mana hal itu di Indonesia masih langka.

Yang dimaksud dari keterbukaan informasi adalah data terkait performa suatu film di Indonesia dapat diakses oleh siapun, tersedia Online. Jadi klo kita mau tahu sales dari suatu film, itu datanya publik tuh. Kita langsung tahu apakah film itu works atau tidak. Berapa banyak tiket yang terjual di seluruh bioskop di Indonesia. Dari situ kita bisa mengira-ngira berapa keuntungan dari film itu. Keterbukaan angka ini sangat penting sekali karena bisa dijadikan bahan belajar untuk seluruh kreator film, dan juga menjadi daya tarik baru bagi para investor yang ingin menyuntukan dana nya ke industri film. Kalau di game, kita gak tahu apakah game A sukses atau tidak, kalau sukses, sebesar apa suksesnya. Hal ini menyulitkan kita untuk belajar dari performa suatu game. Memang sih ada analitik kayak steam DB atau bisa hitung dari review di Steam. Tapi kan review di steam tidak translate langsung ke total revenue karena data dari console tidak bisa masuk. Di mobile pun cuma keliatan range downloadnya, tidak keliatan seberapa besar sales nya. Andaikan angkanya terlihat, tentu bagi investor untuk masuk ke industri game juga jadi lebih pede.

Terus keterbukaan yang kedua adalah akses ke semua cast, penulis film, kameramen, dan semua infrastruktur (termasuk knowledge) di dalam industri perfilman juga terbuka. Sehingga sangat mudah bagi pencipta film untuk membuat sesuatu yang menggunakan teknik yang sama. Di industri game, memang engine-engine yang dipakai sudah sangat demokratis yah, kalau mau bikin game pakai Unreal Engine atau Unity, sudah tinggal pakai saja. Tapi insight lebih dalam terkait proses produksi game dan knowledge serta lesson learn nya sangat terbatas sekali. Info-info tersebut tidak mudah diakses oleh publik.

Bagi saya, informasi adalah emas. Sangat penting untuk mengetahui insight dan pembelajaran dari game developer lain untuk kita bisa jadi lebih sukses lagi. Makanya akses ke informasi ini jadi penting. Balik lagi, berjejaring. Informasi-informasi ini ada, tapi tidak aksesibel. Mungkin ada orang-orang yang dengan senang hati membagikan datanya di publik seperti menulis di blog atau bikin video di youtube, mungkin ada orang yang senang hati menjawab kalau ditanya, tapi ada juga orang-orang yang cuma mau sharing ke orang-orang terdekat yang dia percaya saja, dan ada yang gak mau sharing sama sekali. Ini jadi tantangan tersendiri bagi game developer di Indonesia untuk memiliki kecepatan belajar dan sukses secepat industri lain yang informasinya lebih terbuka.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: