My Journal

Pengalaman Membuat VISA Amerika di Februari 2019

Halo-halo. Sekarang saya mau share tentang pengalaman membuat VISA untuk ke Amerika. Kebetulan ini akan jadi pengalaman pertama kali saya ke Amerika dan Visa Amerika ini terkenal agak susah. Dalam waktu beberapa hari terakhir, ada tiga orang teman saya yang aplikasinya ditolak. Alasannya karena not enough ties atau kayak kurang ada ikatan atau alasan yang membuat orang tersebut akan kembali lagi di Indonesia. Case ini biasanya muncul kalau kita belum menikah dan punya anak. Emang ketiga teman saya itu belum punya anak sih, tapi yang satu sudah menikah. Jadi emang membuat Visa kali ini cukup degdegan juga soalnya saya udah kadung beli tiket pesawat. Padahal ternyata untuk apply ke Amerika, gak perlu punya booking tiket pesawat duluan. Cuma kalau saya karena faktor harga, semakin ke sini harganya semakin mahal, dan juga faktor biar lebih meyakinkan kalau akan balik lagi ke Indonesia. Jadi, langsung aja saya share yah proses untuk membuat visa ke Amerika per Februari 2019 ini.

Oh ya, di postingan ini gak ada foto-fotonya yah soalnya emang gak boleh foto di area lokasi.

Formulir Non Imigran DS 160

Tahap pertama adalah mengisi formulir yang namanya DS 160. Untuk bisa menyelesaikan formulir ini, kita perlu upload foto ukuran 5×5 untuk keperluan Visa. Jadi pastikan udah punya file digital untuk foto dulu yah sebelum mengisi formulir ini. Isian di dalamnya cukup panjang dan detil. Pastikan isi informasi sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya. Itu pula alasan saya beli tiket pesawat dan booking hotel di awal agar form DS 160 ini bisa lebih lengkap dan terlihat lebih valid.

Setelah selesai mengisi form, kita akan dapat satu lembar halaman konfirmasi bahwa kita sudah mengisi formulir tersebut. Nah itu kita print di kertas A4 untuk dibawa ke kedutaan besar. Tapi sebelum ke kedutaan besar, kita perlu bayar Visa dan membuat janji bertemu. Saya bayar Visa pakai bank CIMB Niaga, kebetulan itu bank yang kerja sama dengan kedubes Amerika. Tapi untuk bayarnya bisa dari bank manapun. Nanti kita dapet nomer Virtual Account untuk bayar. Berhubung saya apply visa bisnis B1, maka saya perlu transfer 160 USD atau sekitar 2,3jt rupiah. Nah, kita gak bisa langsung book tanggal saat itu juga. Awalnya saya bingung kok saya gak bisa konfirm pembayaran yah? Saya sampai nelpon ke kedubes bagian pembayaran ini. Ternyata pembayaran kita baru terverifikasi 24 jam kerja. Yaudah saya coba besoknya dan bisa.

Untuk harinya, saya punya opsi hari Jumat, Senin, Selasa, Rabu, dan masih ada beberapa hari berikutnya yang kosong. Tapi banyak juga hari di bulan Februari Maret yang tidak tersedia. Saya pilih hari Rabu saja biar di hari Jumat-Selasa saya bisa melengkapi ulang dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Saya juga pilih yang paling pagi, jam 8, biar saya masih segar, antrian gak begitu numpuk, dan yang mewawancara juga mungkin belum terlalu capek.

Persiapan Dokumen

Mengingat teman-teman saya yang juga akan berangkat dengan tujuan yang sama dengan saya sudah tiga orang di tolak, saya agak hati-hati sekali mempersiapkan dokumen untuk dibawa ke kedutaan besar. Konteks acaranya adalah saya akan mengikuti kegiatan Bekraf Archipelageek dimana Indonesia akan punya paviliun untuk memamerkan karya game developer lokal di acara Game Connection Amerika 2019. Lalu juga ada acara Game Developer Conference tepat setelah GCA 2018. Ini list dokumen yang saya siapkan:

  • Paspor lama dan Paspor baru (kondisinya paspor baru saya sudah banyak catatan perjalanan ke luar negeri, ada ke china, eropa, dan SEA)
  • Foto 5×5
  • Form konfirmasi pengisian DS 160
  • Form konfirmasi jadwal wawancara
  • Bukti bayar VISA
  • Itinerary, ini saya buat tabel dari saya pertama mendarat, agenda tiap harinya (beserta foto kegiatan di hari itu tahun lalu), sampai hari saya pulang ke indonesia, lengkap dan detil
  • Invitation Letter dari Game Developer Conference
  • Invitation Letter dari Game Connection Amerika
  • Statement Letter dari Bekraf
  • Artikel tentang acara GDC, GCA dan foto-foto kegiatan sebelumnya
  • Print out game-game Arsanesia dan Arsa Kids
  • Rekening koran tabungan pribadi saya 3 bulan terakhir (karena saya isi formulirnya perjalanan ini saya bayar sendiri)
  • Surat keterangan kantor yang menyatakan bahwa saya kesana untuk bisnis dan akan kembali lagi ke Indonesia, beserta besaran gaji saya tiap bulan disebutkan di surat tersebut
  • Saya bawa juga Kartu Keluarga (untuk buktiin kalau saya sudah menikah dan punya anak)
  • Saya print juga CV/Resume saya karena pernah ada case developer yang diminta CV nya
  • Saya print juga bookingan hotel dan tiket pesawat

Begitu dokumen tersebut lengkap, saya pisahkan map-mapnya sesuai dengan kebutuhan. Ada map yang isinya Paspor, foto, form konfirmasi DS 160, form konfirmasi jadwal wawancara, dan bukti bayar. Form ini yang bakal paling sering dicek sama petugas jadi saya sudah prepare di satu map agar mudah ambilnya. Di map kedua isinya tentang tujuan saya kesana. Itinerary dan invitation letter ada di map itu. Map ketiga isinya keterangan tentang saya dan pekerjaan saya. Dan map terakhir untuk jaga-jaga saya print front page dari GDC dan GCA, saya print game saya di google play, dan lain-lain.

Hari H Wawancara

Selanjutnya adalah proses wawancara. Gedung kedubes Amerika itu posisinya deket gambir. Jadwal wawancara saya jam 8 dan saya sudah standby di pinggir jalan deket gedung kedubes dari jam 7.15. Ada petugas di sana yang bantu mengoordinir kita untuk menunggu di spot tersebut. Lalu ketika sudah waktunya, kita diminta antri di depan pintu masuk security pertama. Di situ saya diminta menunjukan passport dan form bukti jadwal wawancara saya. Handphone sudah diminta untuk dimatikan, power bank dan alat elektronik lainnya dipisahkan, dan tas-tas yang saya bawa diberi semacam sesuatu yang saya gak tahu apa oleh petugasnya. Kayak diolesin oleh sesuatu gitu pakai kertas.

Lalu sekitar 10-12 orang akan diminta secara beregu masuk ke area security check. Di situ diterangkan lebih detil bahwa semua benda elektronik dan makanan tidak boleh dibawa masuk. Harddisk, flashdisk, remote control, power bank, kabel2an, harus dititipkan. Kebetulan masih ada sisa starbucks di tumbler saya di tas. Katanya boleh dibawa masuk tapi saya harus minum dikit dulu disitu. Saya minum dikit, terus saya bisa bawa masuk tumbler saya ke dalam. Oh ya, di pos security ini tas kita juga dimasukan ke xray, kita diberi badge visitor, dan diberi nomer penitipan barang untuk mengambil handphone dan alat2 elektronik saya lainnya.

Selesai dari pos security, kita akan berjalan menuju gedung area pengurusan visa. Begitu masuk, saya melihat loket yang jumlahnya ada sekitar 10-12 loket klo gak salah. Area ini dibagi jadi tiga, area konfirmasi dokumen, area finger print, dan area wawancara. Gak ada pemisahnya sih, cuma kayak dari loket berapa sampai berapa untuk dokumen, berapa sampai berapa scan, dan sisanya untuk wawancara. Saya diminta duduk oleh petugas yang orang Indonesia. Diminta tunjukan paspor, foto, dan form jadwal wawancara. Setelah dicek sama petugasnya, paspor saya diberi nomer antrian dan scan barcode gitu. Saya antrian 368 dan saya bisa lihat di layar ada tulisan antrian nomer berapa diminta ke loket nomer berapa gitu.

Pertama saya ke loket satu untuk konfirmasi dokumen. Di sana ditanya tujuan ke sana untuk apa. Lalu saya dicek data-data di form 160 nya. Ada sedikit salah isi karena kota kelahiran saya bukan di Indonesia tapi saya isi negaranya di Indonesia. Di sini formnya bisa dikoreksi sama petugasnya yang juga masih orang Indonesia. Setelah itu semua beres. Saya menunggu di area kedua untuk fingerprint scan. Di area ini cukup cepat sih, cuma scan jari lalu duduk lagi. Kebetulan petugas di fingerprint scan ini orang Amerika jadi ngasih instruksinya pakai bahasa Inggris dan mendoakan saya “goodluck” buat interview nya 🙂 Amin bu, terima kasih doanya.

Nah ini berikutnya loket yang paling membuat saya degdegan, loket interview. Saya diminta antri di loket 10 di mana di depan saya ada dua antrian. Saya juga bisa melihat ada antrian di loket 9 dan 11 yang sedang diinterview. Saya agak kepo-kepo mendengarkan orang-orang yang lagi diinterview. Karena cuma antrian gitu doang, jadi gampang dengernya. Di paling depan loket 10, ada empat orang interview bareng. Mereka kayaknya satu grup gitu pengen main ke festival. Yang banyak jawab cuma satu orang, tapi yang jawab itu orangnya pede, fun, friendly, dan banyak ketawa-ketawa. Yang tiga lainnya agak banyak diemnya. Mereka berempat di approve. Lalu di depan saya persis ibu-ibu, kayaknya researcher gitu. Dia ke sana karena diundang untuk sharing tentang risetnya dia. Ditanya darimana univ yang undang kenal dia, udah berapa lama kenal sama orang di univ itu, dll. Gak diminta dokumen pendukung apa-apa, approved. Lalu di loket 9, saya gak begitu denger kenapa, tapi embak-embak, direject. Saya tahunya dari form yang diberikan petugas Visanya. Klo warna putih diapprove, kuning suruh lengkapin dokumen, pink berarti ditolak.

Lalu pas saya, pertanyaannya ke sana mau ngapain, acaranya apa, diminta tunjukin invitation letternya, lalu ditanya sudah menikah belum, sudah punya anak, kerja dimana, gamenya apa aja, lalu karena ini program pemerintah juga, ditanya apakah saya bareng sama pemerintah itu. Dari awal saya sudah informasikan kalau saya berangkat sebagai delegasi dari Indonesia untuk mengisi paviliun Indonesia dan showcase game kita. Setelah selesai ditanya, saya diberikan form putih 🙂 alhamdulillah. Petugasnya mengingatkan saya kalau di sana tidak boleh ada transaksi bisnis apa-apa, hanya untuk networking dan deal business, transaksi (pertukaran uang) hanya boleh terjadi di Indonesia. Saya tadi juga jelaskan kalau kesana untuk cari publisher dan parnter game kita.

Di form putih, disebutkan bahwa dalam waktu 2-4 hari kerja, pasport kita siap diambil/dikirim tergantung kita isi di formnya mau ambil atau kirim. Walaupun sudah ada form putih dan informasi visa diterima, tetep aja masih deg-degan selama paspor belum ditangan. Hahaha doakan pas dateng udah ada visa US nya yah :’)

Paling itu aja pengalaman saya membuat visa US. Semoga informasinya membantu yah 🙂

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

6 Comments on Pengalaman Membuat VISA Amerika di Februari 2019

  1. Wuih menegangkan juga ya bang, padahal baru ngurus VISA, belum kalo baru masuk Amerika katanya bakal banyak diperiksa lagi tuh, apalagi yang namanya ada arab-arab gitu. 😂

    Amerika jadi salah satu negara yang pengen dikunjungi selain Jepang. Tumbuh dengan mengkonsumsi film dan anime dari 2 negara itu jadi kayak punya kedekatan emosional (khayalan doang sih). 😂

    Tapi itu syaratnya banyak benerrr… Pantes aturan mereka soal imigran ketat banget. Kita yang mau berkunjung aja harus ada bukti bakal balik lagi ke negara kita. Kalo mau tinggal disana jadi imigran, syaratnya lebih berat lagi kayaknya.

    Suka

  2. Curve Neon // 31/05/2019 pukul 1:16 pm // Balas

    Selamat Siang,

    Maaf saya ingin tanya, untuk invitation letter yang Bang Adam ajukan ke embassy, apakah invitation letter soft-copy / hasil scan kemudian di print langsung, atau bentuknya original ya dengan tanda tangan serta cap stempel basah?

    Mohon informaisnya Bang, karena saya ada rencana juga untuk pembuatan visa nya.

    Terimakasih banyak.

    Suka

  3. Angel Supit // 12/06/2019 pukul 11:46 pm // Balas

    maaf kalo boleeh tanya biaya untuk pengurusan visa amerika dr awal sampai selesai kira2 berapa ya ? soalnya saya juga baru mau bikin visa amerika untuk visa wisatawan.
    terima kasih 🙏

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: