My Journal

Belajar Dari Mengajar Anak-Anak

Saat ini saya ikut membantu mengajar anak-anak (usia SD) untuk belajar pemrograman dan membuat game. Kalau ngajar mahasiswa, mungkin saya PD yah. Tapi ngajar anak-anak, jujur di awal saya agak kerempongan banget. Apalagi anak SD yang lagi super aktif-aktifnya.

Kelas yang saya ajar itu kalau masuk semua, isinya ada kurang lebih 10 anak. Masing-masing anak ini punya berbagai kepribadian yang berbeda. Untuk bisa membawakan materi dengan menyenangkan, santai, dan seru aja udah merupakan tantangan. Lebih menantang lagi untuk bisa membawakan materi dengan metode yang sesuai dengan karakter tiap anak yang unik ini.

Satu vs sepuluh bagi saya yang bukan berlatar belakang pendidik tentu sangatlah menantang. Tapi di sini saya belajar banyak sekali setelah sudah cukup lama mengajar. Saya berhasil memposisikan diri saya sebagai pengajar yang bisa santai, bercanda dan main sama anak-anak, tapi juga bisa tetap menjaga wibawa dan ketegasan sehingga anak-anak gak keluar batas.

baca juga :ย Cara dan Manfaat Mengajarkan Pemrograman Kepada Anak Semenjakย Dini

Yang paling saya rasakan manfaatnya adalah belajar mengenal watak tiap anak yang unik. Ada anak yang pemalu banget, ada yang males belajar, ada yang baru semangat kalau diberi arahan, ada yang super freestyle sekali orangnya. Untungnya di tempat saya mengajar, kurikulumnya dinamis dan berpatokan kepada proses juga perkembangan karakter anak. Dengan begitu, saya bisa menyesuaikan kurikulum, pace, dan materi dengan karakter anak yang berbeda-beda.

Namun ketika mencoba melakukan hal itu, 1:10 terasa sangatlah berat. Akhirnya saya minta tolong ke pusat untuk dikasih teman trainer lain :p Nah dengan ada dua trainer, jadi 1:5 menurut saya ini sangat ideal. Apalagi ada anak yang dia butuh perhatian khusus karena susah fokus dan cenderung sulit diarahkan. Kalau 1:10, biasanya si anak ini gak kepegang pasti. Jadinya dia gak dapet apa-apa (kan sayang). Dengan 1:5, saya bisa memberikan arahan dan perhatian kepada anak-anak dengan lebih intensif. Duh gak kebayang klo kayak di sekolah negeri yang rasionya bisa 1:40, ini gurunya pada kenal karakter anak didiknya gak yah?

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: