Sering gak sih kita ngerasa jengkel tiap kali ngebayar pajak, “ini uang segini kita kasih buat pemerintah dipake apa sih?” Atau ketika pemilu kita mencoblos di lembar pemungutan suara, “ini saya nyoblos orang ini terus dia kerjanya apa sih?” Kita sering kali bingung dan kehilangan arah tentang uang yang kita setorkan ataupun sesosok manusia yang kita titipi amanah. Mengapa kita tidak tahu apa yang mereka, orang yang kita titipkan tanggung jawab di pundaknya, lakukan untuk menjawab amanah dalam bentuk uang ataupun suara dari rakyatnya?

Banyak sekali kemungkinan kenapa kita tidak mendengar hal itu. Bisa jadi karena orang tersebut memang tidak bekerja apa-apa yang signifikan sehingga tidak muncul dipemberitaan manapun, bisa jadi orang tersebut justru menyelewengkan amanah rakyat sehingga justru berusaha menghindar dari sorotan, atau juga bisa jadi orang tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik tapi sayangnya masyarakat tidak tahu.

Memang, apasih pentingnya masyarakat tahu? Masyarakat harus tahu karena itu adalah salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap mereka yang sudah menitipkan uang dan juga suara mereka ke para pejabat negara. Masyarakat harus tahu apa alasan dan manfaat dibalik setiap keputusan pemerintah yang dibuat. Masyarakat harus melihat bahwa negara ini sedang beranjak maju atau mundur. Kita, bangsa Indonesia, butuh kepastian, butuh harapan, dan butuh keyakinan.

Ada tiga contoh tokoh yang menurut saya sangat baik dalam mempertanggungjawabkan amanah kepada rakyatnya dalam berbagai media berbeda. Yang pertama adalah media tulisan sebagaimana yang dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan. Beliau setiap hari Senin menerbitkan tulisan pikiran-pikiran yang ia miliki hingga laporan pekerjaan yang ia sudah lakukan melalui Jawapos. Bagusnya lagi, ada seorang relawan yang dengan senang hati mendigitalkan tulisan beliau dalam bentuk postingan blog di dahlaniskan.wordpress.com. Setiap Senin saya selalu menunggu tulisan beliau untuk mengetahui sudah seperti apa BUMN kita saat ini, apa yang terjadi dengan kelanjutan program mobil listrik, dan kabar gembira apa lagi yang bisa kami dengarkan dari Bapak Menteri yang satu ini. Tidak apa-apa kalau ada program yang gagal atau tidak jalan, tapi setidaknya rakyat jadi tahu kenapa gagal, apa langkah selanjutnya, apa yang bisa kami bantu, dan lain-lain. Dengan begini, kita jadi tahu jalan pikiran Menteri kita dan yang paling penting kita tahu bahwa ternyata Indonesia itu masih diurus kok sama pejabatnya.

Model kedua yang menurut saya juga cukup baik adalah yang sudah dilakukan oleh pemerintahan Pak Jokowi dan Pak Ahok di DKI Jakarta yakni dengan mengupload video rapat-rapat mereka di youtube.  Silahkan lihat video-videonya di http://www.youtube.com/user/PemprovDKI. Video ini punya kekuatan yakni anti pelintiran, anti rekayasa, dan kontennya valid. Apa yang anda lihat itulah yang sebenarnya terjadi. Walaupun dibandingkan tulisan, video ini masih punya kelemahan yakni kecepatan streaming di Indonesia yang memprihatinkan. Dengan dipublikasikannya video rapat oleh Pak Jokowi dan Pak Ahok ke masyarakat, kita bisa melihat bagaimana para pejabat yang baik sudah bersungguh-sungguh membela kepentingan rakyat. Kita juga bisa melihat dengan jelas juga mana saja kelompok yang tidak memihak kepada rakyat.

Model ketiga adalah sosial media seperti Twitter dan Instagram. Memang ada sih pejabat-pejabat yang menggunakan media tulisan melalui twitter. Tapi menurut saya sebagian besar kontennya sangat lemah dan tidak berisi. Bahkan sekarang para pejabat ada yang punya PR untuk ngurus akun twitternya dia. Menurut saya hal tersebut akan jadi sangat tidak efektif dan malah membuat jarak dengan followernya. Satu orang yang menurut saya pandai menggunakan sosial media untuk memberikan harapan bagi masyarakatnya adalah Pak Ridwan Kamil. Beliau dengan sangat cerdas bisa memberikan laporan kemajuan kota bandung, bisa dengan hangat menyapa para warganya, bisa dengan tegas menghimbau ataupun melarang tindakan yang tidak baik, bahkan beliau juga sangat aktif memberika laporan kinerjanya melalui media instagram. Silahkan lihat akun Instagram beliau di http://instagram.com/ridwankamil. Tak hanya itu, sering kali Pak Ridwan Kamil menyelipkan canda dan humor di dalam postingan-postingan beliau yang tentu menghibur bagi masyarakat yang melihatnya.

Setiap saya membaca tulisan dan gagasan Pak Dahlan Iskan di hari Senin, saya merasakan bahwa Indonesia masih punya harapan. Masih ada pejabat yang baik dan fokus bekerja. Atau setiap kali saya menonton video dari Pak Jokowi dan Pak Ahok, saya merasa bahwa masih ada pejabat yang mau mati-matian membela kepentingan rakyatnya. Masih ada pejabat yang tidak takut jabatannya hilang dan tidak takut pada siapapun yang mencoba mengusik kepentingan masyarakat Indonesia. Setiap saya baca tweet-tweetnya Pak Ridwan Kamil, saya merasa dekat dengan pemimpinnya. Melihat postingan tentang rencana beliau untuk Bandung, saya jadi merasa beruntung orang sepintar dan seinovatif beliau memimpin kota Bandung.

Indonesia saat ini dipenuhi oleh berita negatif, komentar miring, dan fitnah bertaburan. Implikasinya adalah generasi kita menjadi generasi yang pesimis, generasi yang apatis, dan skeptis tentang kemajuan Indonesia. Padahal, saya yakin masih ada, bahkan mungkin masih banyak, pemimpin negeri ini yang sama baiknya seperti Pak Dahlan Iskan, Pak Jokowi, Pak Ahok, dan Pak Ridwan Kamil. Sayangnya, mereka tidak serajin itu untuk menulis, tidak seniat itu untuk merekam dan mempublish kegiatan mereka ke youtube, dan sering kali gagal memanfaatkan media Twitter yang hanya mereka jadikan media mencari popularitas. Padahal, effort sederhana tersebut (kayak Pak Dahlan Iskan hanya menulis sekali tiap minggunya) bisa memberikan angin segar bagi kita. Harapan. Itu adalah kunci yang paling penting untuk bisa memperkuat bangsa ini. Kita harus memiliki harapan bahwa Indonesia bisa jadi lebih baik. Generasi optimis, itulah generasi yang harus kita bangun dari sekarang. Oleh karena itu, bagi seluruh orang-orang baik yang saat ini sedang diberikan tanggung jawab, rakyat perlu tahu. Rakyat Harus Tahu! Rakyat harus diberitahu. Jangan berharap lewat pemberitaan di media, jangan memerintahkan juru bicara, tapi rakyat ingin mendengar harapan itu langsung dari pemimpinnya.