My Journal

[1CDperMonth Februari] Glenn Fredly – Luka, Cinta, dan Merdeka dan Rio Febrian – The Greatest Indonesian Love Song

Kayaknya tulisan terakhir saya di tab [1CDperMonth] terakhir udah lama banget yah? Kalau gak salah di bulan Juli dengan CD nya Hivi. Bukannya program itu udah gak jalan, saya masih sering beli CD tiap bulan, ada beberapa CD yang sudah saya amankan seperti Monita Tahalea, Abdul and the coffee theory, ecoutez, dan masih banyak lainnya, tapi lupa terus untuk direview :p hehe… Jadi saya akan coba untuk lanjutkan lagi program itu dengan review di bulan Februari untuk dua album vokalis pria favorite saya yakni Glenn Fredly dan Rio Febrian.

Glenn-Fredly-Album-Luka-Cinta-dan-Merdeka

Yang pertama akan saya bahas albumnya Glenn Fredly yang judulnya Luka, Cinta, dan Merdeka. Kalau dibandingkan album sebelumnya Glenn yang isinya banyak lagu galau dan mellow, di album ini Glenn lebih terlihat semakin dewasa dan berjiwa sosial. Lagu-lagu cinta tetep ada, tapi ada lagu-lagu yang bertemakan politik dan sosial seperti membahas anak jalanan yang dibiarkan mengemis. Lirik lagu di album ini banyak penuh dengan kritik seperti lagu-lagu milik bang Iwan. Hits di album ini ada di track ke 5, yakni Luka dan Cinta yang sudah banyak diputar di radio. Lalu di track terakhir, Glenn membawakan lagu milik Dewi Lestari yang berjudul “Malaikat Juga Tahu.” Lalu saya juga suka tambahan instrumen saxophone di beberapa lagu (saxophone never fails me :p). Saya menilai album ini dengan score 8/10. Bagi saya, saya lebih suka album-album terdahulunya yang musiknya mellow dan tajam (seperti lagu tega, terserah, sekali ini, dll). Glenn yang saat ini banyak aktif di kegiatan sosial membuat lagu-lagunya terpengaruh juga. Hehehe

Rio_Febrian_The_Greatest_Indonesian_Love_Songs

Lalu album berikutnya adalah album baru Rio Febrian yang berjudul The Greatest Indonesian Love song. Jujur saya agak ragu ketika ingin membeli album ini, di satu sisi Rio adalah vokalis pria yang sangat saya suka karakter suaranya, tapi di sisi lain ini lagu isinya daur ulang semua. Sebenernya saya agak gak begitu suka ketika seorang penyanyi terlalu banyak mendaur lagu (seperti yang dilakukan marcell yang saat ini merilis single baru daur ulang lagunya Rossa yang “kini”). Tapi mengingat Rio Febrian jarang-jarang mendaur ulang lagu, akhirnya saya beli juga. Terus pas saya dengarkan satu album, wih, berasa kembali ke masa lalu, yakni ketika saya belum lahir -_- Lagu-lagunya tua-tua semua. Selain tua lagunya, tua liriknya, aransemen lagunya juga berasa tua. Cuma emang karena cara bernyanyi dan suara Rio yang sangat eargasmic, lagu tua itu jadi tetep enak di dengarkan. Mungkin buat orang-orang generasi di atas saya, album ini bakal jadi album yang oke banget. Tapi bagi saya yang tidak bisa merasakan nostalgic pada album ini, saya cuma bisa memberi nilai 8/10 pada album ini.

Oke paling itu aja, tunggu review saya di bulan Maret yah πŸ™‚ Pesan buat para pembaca, mulailah untuk menghargai karya anak bangsa dengan tidak membajaknya. Kasian musisi-musisi dan orang-orang kreatif di Indonesia kalau karyanya di bajak terus. Ayo, galakan program [1CDperMonth].

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Trackback / Pingback

  1. Dukung Proyek Baru Arif Irshadi, We Sing, Dance, and Laugh | Ardisaz

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: