My Journal

Founder Seperti Apa yang Startup Butuhkan?

gambar diambil dari bettsrecruiting.com

Beberapa hari ke belakang, saya membaca artikel-artikel yang membahas tentang founder dalam membangun startup. Melihat itu, saya juga jadi terinspirasi untuk menulis blog tentang founder juga. Hehe.. Founder dalam startup itu bisa di bilang orang yang pertama kali bertemu, berkumpul, lalu berkata mari kita bangun sebuah perusahaan. Mereka adalah orang yang merintis perusahaan itu bener-bener dari nol. Founder itu memegang peranan penting sekali bagi masa depan perusahaan itu. Ibarat perusahaan adalah keluarga, maka founder itu adalah ayah dan ibunya. Antara ayah dan ibu harus bener-bener cocok dan kompak agar bisa membangun keluarga yang sehat. Saya coba berbagi berbagai kisah menarik tentang startup dan founder-nya.

Yang pertama merupakan sebuah tips dari salah satu startup yang menurut saya saat ini sudah sukses dan besar yaitu suitmedia. Produk mereka sudah sangat banyak, ada bukalapak.com, hijup.com, dan juga banyak sekali klien-klien besar yang sudah mereka tangani. Ada tiga elemen yang minimal dua terpenuhi agar startup tersebut bisa berkembang, yakni 1. skill dewa, 2. jaringan luar biasa luas, 3. super kaya raya. Menurut kisah dari salah satu founder mereka, dengan memiliki 2 dari tiga elemen itu saja, startup bisa berjalan dengan mulus. Tapi tentu tidak luput dengan kesamaan visi dan kecocokan yang akan jadi perekat elemen-elemen tersebut.

Yang kedua saya ingin mencoba membahas founder yang dibutuhkan dari sisi seorang enterpreneur yang kini menjadi seorang investor yakni Takeshi Ebihara. Dengan gamblang beliau bercerita, klo investor yang pertama dilihat adalah timnya (foundernya). Ia berkata, seorang founder ada baiknya pernah bersekolah bersama atau bekerja bersama sebelumnya, agar memiliki rasa kepercayaan satu sama lain dan sudah mengenal watak masing-masing. Menurutnya, ia lebih memilih startup dengan ide/produk yang jelek tapi foundernya memiliki tim yang baik daripada ide/produk berpotensi jutaan dolar tapi foundernya rapuh. Dia bilang, ide/produk bagus itu bisa digenerate dan dipelajari dari berbagai kegagalan, tapi founder dengan kualitas yang baik itu sulit untuk dibentuk.

Selanjutnya ada share tentang sebuah perusahaan games yang menurut saya founder-foundernya sangat kuat ikatannya dan tahan banting yakni agate studio. Saya pernah bertemu seseorang (saya lupa siapa) yang mengatakan klo bisa founder itu jangan banyak-banyak, 5 saja sudah terlalu banyak katanya. Mengurus banyak kepala itu sulit. Nah, ini agate foundernya belasan (17 kalau saya tidak salah ingat). Ketika saya ngobrol dengan founder-founder agate, main ke kantor agate, saya bisa melihat satu kunci kesuksesan mereka untuk maju dengan founder sebanyak itu, yakni visi dan culture yang sama. Di agate, saya melihat bahwa semua yang terpilih masuk ke agate, adalah mereka yang satu visinya dengan para founder itu sehingga saya bisa melihat bahwa puluhan kru agate itu setara semua dengan founder2nya visinya. Culture adalah hal yang paling sulit dan sangat sulit untuk dibangun dan dibentuk (di lain tulisan saya ingin membahas tentang culture dalam perusahaan). Dan agate dengan sangat luar biasanya berhasil sukses dengan sekian banyak founder yang modal utamanya adalah mimpi bersama.

Kemudian saya juga membaca artikel tentang dua tipikal founder yang harus ada pada sebuah startup, yakni founder yang visioner, think big, dan berpikir jauh ke depan serta founder yang rasional, teliti, dan bisa mengoperasikan keseharian. Kedua tipe tersebut dinilai sebagai ying-yan yang saling melengkapi agar startup bisa berkembang seimbang antara idealisme dengan realita. Hal ini juga penting terkait dengan tidak adanya overlap skill. Overlap skill ini maksudnya founder yang satu jago skill teknikal yang satu lagi juga teknikal. Setidaknya yang satu jago skill teknikal yang satu lagi jago skill bisnis. Walaupun dengan menjadi founder sebuah startup, kita harus siap menjadi Chief Everything Officer yang artinya sewaktu-waktu kita harus paham hukum, sewaktu-waktu kita harus paham marketing, finance, tax, dan lain sebagainya.

Terakhir, saya ingin cerita tentang bagaimana founder di Arsanesia. Ketika Arsanesia berdiri, kelima founder kami masih kuliah dan berasal dari satu jurusan yang sama. Kami memang sering main bareng, punya hobi yang sama, punya ritme dan gaya hidup yang mirip, sehingga ketika kami berlima berkumpul, bekerja itu tidak ada bedanya dengan ketika kami bermain sehari-hari. Dari segi kepribadian, sudah cocok satu sama lain lah. Lalu dari segi skill dan kemampuan tidak ada yang overlap. Di awal sedikit terkendala karena yang benar-benar punya skill dewa dalam hal teknikal hanya satu orang dari lima founder tersebut. Pada mulanya ini sedikit menjadi hambatan bagi berkembangnya Arsanesia. Seiring berjalannya waktu, kami bertahan dari berbagai kondisi sulit, kini ketika arsanesia mulai grow (walaupun belum signifikan pertumbuhannya), saya merasakan manfaat dari variasi skill kami yang berbeda-beda dan memiliki kontribusinya masing-masing. Sampai saat ini pun kami berusaha untuk tetap menjaga semangat bersama dan mimpi bersama itu di dalam arsanesia sehingga bisa terus sustain dan berkembang.

Nah, semua cerita di atas adalah kisah praktikal yang situasi dan kondisinya mungkin berbeda untuk masing-masing perusahaan dan tidak ada acuan mana yang paling benar mana yang salah. Setiap orang bisa menunjukan kesuksesannya dengan caranya masing-masing, tapi saya ingin berbagi bagaimana kondisi mereka sehingga bisa sampai di puncak sehingga, siapa tau, ada yang bisa diambil pelajarannya. Siapa tau, ada yang kondisinya serupa dan bisa segera mencari jalan keluar dari permasalahannya. Pada intinya, cerita di atas tidak akan bisa mendefinisikan kesuksesan seseorang. Kesuksesan itu, kita sendirilah yang mendefinisikannya.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

5 Comments on Founder Seperti Apa yang Startup Butuhkan?

  1. Jadi kesimpulannya apa Dam? XD

    Suka

  2. Thx share-annya dam. Sekedar menambahkan, dari berbagai tulisan ttg “syarat2 team founder” gw lumayan setuju sama yg ini-> http://dailysocial.net/post/simply-business-trio-founder-ala-dave-mcclure-500-startups

    Suka

  3. hmm.. sebenernya gak bisa disimpulkan juga sih rak. Jadi bisa dibilang case by case aja, mana yang paling cocok sama elu, dan mana yang bisa lu tarik pelajarannya aja dari situ ๐Ÿ™‚
    bahkan klo lu mau jadi founder seorang diri juga bisa kok, nanti gw bikin artikelnya ๐Ÿ˜€

    Suka

  4. Hahah, gw nanyain soalnya isi tulisan loe gak menjawab judulnya sich XD

    Suka

Tinggalkan Balasan ke ardisaz Batalkan balasan