My Journal

Merasakan Kuliah (online) di Stanford

 

Paul Hegarty, dosen Stanford

Jadi ceritanya saya menemukan sebuah video podcast dari iTunes U mengenai iOS development. Saya coba download (kebetulan gratis) semua episodenya (ada sekitar 20an episode + dosen tamu) yang besarnya kurang lebih 20 giga. Kenapa sebesar itu? Ternyata saya salah download versi HDnya, padahal yang versi standar ada -_- ya sudah, setelah hampir seminggu mendownload, akhirnya saya coba tonton video tersebut. Video tersebut merupakan video yang direkam khusus dari sebuah mata kuliah yang berjudul pengembangan aplikasi iOS yang memang disiapkan untuk podcast di iTunes U oleh Standford University di US.

Setelah menonton hingga belasan episode dari podcast tersebut, kesan saya adalah LUAR BIASA! Dosen yang memberikan kuliah namanya Paul Hegarty. Dia ternyata adalah mantan (mungkin masih saya juga kurang tahu) pegawai Apple. Dia juga kenal dengan Steve Jobs. Cara dia mengajar, sangaattt passionate. Saya bisa melihat bagaimana ia begitu menyenangi dan mendalami apa yang sedang ia ajarkan. Semua yang berada di kelas itu juga terlihat berpassion (dari pertanyaan2nya). Paul setiap minggu memberikan satu pertemuan teori dan satu pertemuan dia demo live coding. Jadi tidak hanya mengajarkan mahasiswa teori tapi juga praktiknya seperti apa. Dan yang saya juga salut adalah bagaimana dia merespon pertanyaan dari mahasiswanya. Mau jawabannya salah, jarang sekali dia bilang salah. Pasti bilangnya “thats a good answer but that’s not what i mean”, “actually that is a good point, i’ll explain”, atau “yeah that’s close, good one though”. Jadi intinya semua jawaban diapresiasi sehingga mahasiswanya juga menjadi tidak malu bertanya atau mengeluarkan pertanyaan.

Ketika ada dosen tamu, seorang profesor di stanford yang membuat perusahaan bernama SMULE. SMULE adalah pencipta apps2 yang berbasis suara, sudah ada banyak aplikasi inovatif karya SMULE di apps store yang bisa kita unduh. Dosen tamu tersebut juga terlihat sangat passion dan sangat mengerti apa yang ia bidangi. Sama seperti Paul, dia memulai lecture dengan memberikan demo aplikatif betapa menariknya bidang yang ia geluti baru ia beranjak ke teori. Lalu dia juga menceritakan bagaimana lab itu benar-benar menjadi tempat lahirnya karya, profesor itu adalah orang yang membimbing mahasiswanya berkarya, dan karya tersebut dapat menjadi penghasilan buat mahasiswanya. Pas dia cerita tentang lab dan aktivitas di labnya, rasanya saya ingin nyemplung ke lab itu dan ikut belajar bersama mahasiswa yang ada di Stanford :’)

Ge Wang, dosen tamu dari SMULE

Kalau di Indonesia (di ITB), ada dosen yang menurut saya setara dengan dua dosen di atas yaitu Pak Budi Rahardjo. Beliau mengajar di kelas dengan passion dan tidak jarang beliau coding di tempat. Kelas beliau selalu penuh dan rasanya sangat sayang kalau kami harus melewatkan kuliah beliau. Kebetulan Pak Budi sempat berkuliah di America juga. Apa mungkin dosen-dosen di Amerika emang rata-rata passionate dalam mengajar yah? Gak heran kalau begitu misalkan America jadi kiblat teknologi saat ini, terutama dengan adanya Silicon Valley. Sebenarnya saya sendiri berminat loh menjadi dosen dan mengajar dengan passion seperti dosen-dosen di atas. Tapi persyaratan jadi dosen tidak mudah, saya harus mengambil S2/S3 dulu baru bisa mengajar di ITB juga. Mungkin nanti suatu saat kalau ada kesempatan, hehehe 🙂

About Adam Ardisasmita (1374 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Comment on Merasakan Kuliah (online) di Stanford

  1. Several health organizations have teamed up with governments to make it possible.
    Thankfully, Milo and I are thinking it IS chickenpox, and Sean stays home from football
    camp. If you are a woman, you can hide some scars by using
    make-up. If the skin is broken down through scratching, unfortunately, this could lead
    the way to the breastbone.

    Suka

Tinggalkan komentar