Bagaimana Investor Memilih Startup?

gambar diambil dari http://investors-europe.com
Setelah beberapa kali berbincang dengan rekan-rekan di dunia startup company dan juga relasi venture capital, saya menemukan beberapa kemiripan mengenai faktor yang membuat seorang investor itu mau melakukan funding kepada sebuah startup. Sebelum ke arah situ, yang pasti kita harus ketahui bahwasannya ketika kita melakukan investasi dan mengeluarkan uang besar-besaran, pasti ujung-ujungnya yang kita harapkan adalah keuntungan. Bagaimana model keuntungan buat investor mungkin akan saya bahas di lain waktu. Tapi saya akan coba sharing beberapa rangkuman dari hasil diskusi saya dengan beberapa rekan.
Dulu saya pernah bercerita tentang pitching (bisa dilihat di sini) yang intinya kita melakukan presentasi di depan investor agar mereka bersedia memberikan suntikan dana kepada kita (mengapa kita perlu mencari investor bisa dilihat di sini). Lalu apa sih faktor yang membuat venture capital memilih sebuah startup yang ingin dia funding? Dari hasil diskusi dengan beberapa teman, unsur paling penting adalah foundernya. Investor akan memastikan bahwa foundernya adalah orang yang punya attitude yang baik, memiliki pemahaman terhadap business model yang ia bawa, serta komitmen yang tinggi. Mengapa founder yang nomer 1? Kenapa bukan idenya? Ada sebuah kutipan yang berbunyi “ide itu murah”. Ide bisa dicari dan didapatkan dimana-mana (walaupun terkadang ada ide yang bener2 extraordinary dan interesting yah), namun yang sulit adalah kemampuan untuk mengeksekusi ide tersebut menjadi kenyataan. Kalau foundernya dirasa tidak mampu untuk merealisasikan ide tersebut (dari segi personality), maka sebagus apapun idenya investor tidak akan berani mempertaruhkan uangnya.
Faktor berikutnya yang akan dilihat adalah produk atau prototype. Produk atau prototype itu menunjukan keseriusan dari suatu startup. Ada investor yang pernah bilang kalau belum ada produk atau prototype, datang lain waktu saja. Balik ke konsep yang awal, “ide itu murah” kalau belum dieksekusi. Selain untuk melihat komitmen, produk bisa menggambarkan lebih mudah mengenai konsep bisnis atau ide yang akan dibawa. Biasanya dengan memiliki produk atau prototype, startup akan lebih memahami dan menguasai area yang ingin ia bangun. Tahu dimana letak kesulitannya, dimana letak peluangnya, dan akan dialokasikan kemana dana funding tersebut agar produknya bisa terwujud dengan baik. Jadi selama masih konsep, sebaiknya fokuskan diri di pengembangan produk dulu baru maju ke investor.
Faktor lain yang menurut saya penting adalah pitching skill. Pitching itu bisa cuma dapet waktu 3 menit, bisa 5 menit, bisa 30 menit, bisa lagi di lift, bisa sambil di mobil, bisa di panggung besar, dan berbagai macam kondisinya. Nah gimana mengalokasikan pitch di waktu yang sempit, di lokasi yang gak memungkikan kita membuat slide, atau di tempat dimana kita harus melakukan demo? Saya rasa sudah banyak sekali artikel yang membahas tentang teknik pitching yah. Coba googling2 aja dan dilatih sendiri. Terus gak usah takut klo pitching pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya tidak berhasil. Namanya juga belajar. Yang penting kita jalani prosesnya dan nikmati pembelajaran serta masukan yang kita dapat.
Sebenernya mungkin ada faktor-faktor lain yang tidak saya tuliskan (karena keterbatasan narasumber juga mungkin yah), tapi itu yang saya rasa penting untuk diperhatikan jika ingin melakukan pitching ke investor. Yang pasti yang ingin saya ingatkan adalah pola pikir jika bikin startup harus punya investor itu tidak sepenuhnya benar. Kebutuhan akan investor itu relatif (saya sudah bahas di artikel sebelumnya) dan arsanesia sendiri belum mencari funding melalui investor. Saya menulis artikel ini hanya ingin berbagi saja jika ada teman-teman yang sedang mencari funding dan ingin melakukan pitching. Semoga berguna dan bermanfaat 🙂
Tinggalkan Balasan