My Journal

Katak Jepang VS Katak Indonesia

Gambar diambil dair openclipart.org

Alkisah, ada segerombolan katak yang berasal dari Jepang dan katak dari Indonesia yang terjatuh ke dalam sebuah jurang yang sangat dalam. Baik katak-katak Jepang maupun katak-katak Indonesia, sama-sama ingin keluar dari jurang tersebut. Akhirnya para katak berkumpul berdasarkan negaranya dan mencoba untuk keluar dari jurang tersebut.

Pertama mari kita lihat bagaimana kondisi katak di Jepang. Para katak berjuang untuk keluar dari jurang tersebut. Ada dua katak yang sedang membuat sebuah alat untuk bisa berjalan di dinding. Tapi alat tersebut gagal dan meledak. Katak-katak yang lain menyemangati “tidak apa-apa, ayo dicoba lagi. tetap semangat yah”. Kemudian ada seekor katak yang berhasil membuat helikopter untuk terbang. Katak yang lain berkata “Wah, hebat dia bisa membuat helikopter. Ayo yang bisa ikut naik, naik sekarang. Yang lain, ayo kita bikin yang lebih baik lagi”. Lalu munculah berbagai inovasi, teknologi, sistem, dan metode baru sehingga akhirnya seluruh katak Jepang telah berada di atas dan keluar dari jurang. Bahkan saat ini mereka sudah berusaha membangun teknologi yang lebih hebat lagi.

Sekarang, mari kita lihat di Indonesia. Ada katak Indonesia yang pintar dan berusaha membuat pesawat terbang sendiri. Katak lain berkata “ih, buat apa bikin kayak gitu. Pemborosan. Gak efektif”. Para katak bukannya sibuk memikirkan solusi, tapi sibuk ingin menjadi pemimpin katak, menjadi presiden katak, menjadi katak yang kaya, dan lain-lain. Ada katak yang berusaha mengajak kepada kebaikan, berusaha tegas dan jujur, lalu ada katak yang berkata “apaan sih katak yang satu ini, sok-sok berbuat baik, pencitraan doang nih”. Setiap ada inovasi atau terobosan baru, tidak diapresiasi, malah dijatuhkan. Tiap ada katak baik yang ingin merubah keadaan, dianggap cari muka, ada maunya, dan hanya melakukan pencitraan. Dengan mental seperti ini, di saat katak Jepang sudah membangun istana yang megah di atas sana. Katak Indonesia masih bermandikan lumpur di dasar jurang.

Inilah kondisi dan realita yang ada saat ini di Indonesia. Mental masyarakat Indonesia sedang sakit dan masih sangat buruk sekali. Ketika Pak Habibie membuat pesawat, digonjang-ganjing sehingga si katak yang satu ini pindah ke negeri katak di jerman. Saya tidak akan pernah menyalahkan teman-teman saya yang berprestasi dan pintar yang saat ini berkuliah dan akan atau sedang bekerja di luar negeri. Saya yakin di Indonesia, mereka tidak akan diapresiasi dan hanya akan dicaci atau dipersulit. Yang saya salahkan adalah mental bangsa kita yang membuat mereka lebih memilih untuk meninggalkan Indonesia. Susah menjadi orang pintar atau orang baik di Indonesia. Kalau membuat inovasi tidak dipandang, kalau berbuat baik dianggap pencitraan.

Andaikan Steve Jobs dan Bill Gates tinggal di Indonesia, saya rasa saat ini kita masih pakai mesin tik semua. Steve Jobs lagi ingin mengenalkan inovasinya, masyarakat kita pasti akan protes “ah, ini orang tega sama karyawannya. Masa mecat karyawan bisa secara langsung dan spontan gitu. Gak berprikemanusiaan. Udah gak usah dipake produknya”. Ato Bill Gates yang terkenal penderma mungkin sudah dikomentari “ah, ini Bill Gates pasti ada maunya tuh ngasih sumbangan segede itu. Mau jadi presiden dia soalnya”.

Mau sampai kapan mental kita masih seperti ini? Kalau kita belum mampu untuk menjadi bagian dari solusi atau berkontribusi bagi bangsa, setidaknya kita berikan dukungan kepada para pelaku yang saat ini sedang berusaha mengeluarkan katak-katak Indonesia dari jurang ini. Kalau kita terus bersikap skeptis dan pesimis seperti ini, saya tidak heran jika para katak berprestasi ini pindah dari Indonesia. Kasihan, harusnya mereka bisa berkembang, berkontribusi, dan membuat perubahan, gara-gara ekosistemnya masih seperti ini, mereka harus terkubur tanpa sempat berbuat apa-apa. So, mari kita terus dukung apapun itu selama untuk kebaikan, mulai dari karya, cipta, inovasi, prilaku, tindakan, ide, dan berbagai hal lainnya.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Comment on Katak Jepang VS Katak Indonesia

  1. Susah menjadi orang pintar atau orang baik di Indonesia. Kalau membuat inovasi tidak dipandang, kalau berbuat baik dianggap pencitraan.

    Setuju banget, Kak. Selalu sedih kalau seperti ini. Media, sekali lagi, memegang peranan di hal-hal yang seperti ini. 😦

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: