My Journal

Sabar Ada Batasnya

gambar diambil dari brainstunts.blogspot.com

Ada orang bijak yang bilang, sabar itu tidak ada batasnya. Menurut saya, orang tersebut mungkin sudah berada di atas level manusia karena memiliki sabar yang tidak terbatas. Jadi orang itu diapapun juga gak akan sedikitpun merasa marah, tersinggung, ato kesel. Kalau saya pribadi berpendapat batas tetap ada batasnya. Tapi mungkin setiap orang memiliki tingkat batas yang berbeda-beda dan memiliki cara untuk menyikapi kondisi “melewati batas kesabaran” yang berbeda pula. Contoh nih, kalau saya pribadi waktu kehilangan atau kecurian motor waktu itu, saya masih merasa itu di bawah ambang kesabaran saya sehingga tidak menjadikan masalah tersebut sesuatu yang besar apalagi emosional. Tapi mungkin buat orang lain, kejadian tersebut sudah melewati batas kesabarannya sehingga menimbulkan entah itu rasa marah atau stress. Mungkin mengenai batas kesabaran ato faktor yang menyebabkan hilangnya kesabaran seseorang memang sudah menjadi bagian dari kepribadian yang terbangun semenjak kecil, tapi ada faktor lain yang bisa kita kontrol agar ketika kesabaran kita sudah habis, kita masih tetap bisa melakukan tindakan yang benar.

Ketika kesabaran sudah habis, yang kita rasakan adalah kemarahan atau emosi atau rasa sedih. Nah, pada poin ini, sebenernya manusia memiliki kemampuan untuk membuat otak lebih dominan dibanding perasaan. Mungkin buat cowo akan lebih mudah melakukan ini, tapi tidak sedikit juga cewe yang pandai memainkan otak dan perasaannya sendiri. Yang pertama dilakukan ketika kita merasa kesabaran kita sudah habis dan kita mulai marah, yang perlu dilakukan adalah diam. Diam sampai kita merasa lebih tenang. Jangan mengambil tindakan apapun, berkata apapun, dan mengambil keputusan ketika kita sedang dalam keadaan marah. Ada pepatah yang berbunyi “Ketika sedang marah jangan berbicara, ketika berbicara jangan terdengar marah”. Komunikasikan dengan orang sekitar kalau kita lagi butuh waktu untuk menenangkan diri sebentar.

Lalu ketika emosi kita sudah mulai turun, saatnya kita membiarkan otak berbicara lebih kencang dari perasaan. Ambil waktu sekitar 10-20 detik untuk memikirkan kembali kenapa saya marah atau sedih, apakah seharusnya saya marah atau sedih, apa efeknya kepada orang lain dan lingkungan apabila saya melampiaskan kemarahan dan kesedihan saya. Tahapan dimana logika di kedepankan memang bukan tahapan yang mudah. Untuk itu perlu latihan, pendewasaan, dan ketenangan pikiran agar bisa tetap mengambil tindakan yang tepat dalam setiap momen kita. Yang pasti teriakan, bentakan, apalagi kekerasan, sama sekali bukan solusi yang boleh diambil ketika emosi kita sudah melewati batas.

Dengan melakukan langkah di atas, selain kita dapat terhindar dari penyesalan akibat tindakan atau keputusan yang kita ambil di dalam emosi, kita juga bisa melatih bagaimana bersikap dalam kondisi itu. Hal yang tadinya kecil, apabila tidak ditangani dengan benar (karena kesabaran kita sudah habis), bisa jadi malah bertambah besar dan bertambah panjang masalahnya. Untuk itu, pastikan untuk diam dan biar logika berbicara dalam kondisi emosional.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

4 Comments on Sabar Ada Batasnya

  1. GurunNevada // 23/03/2012 pukul 11:34 am // Balas

    Semoga bisa saya praktikkan ke depannya. 🙂

    Suka

  2. Memang kesabaran mempunyai beban yang sangat dahsyat, saya juga masih merasa terbawa dengan hawa nafsu tetapi untuk mengatasi itu saya coba bahwa Rasulallah mencontohkan bagaimana Ia begitu sabar menghadapi semua permasalahan, dan hidup didunia yg fana ini di atur Oleh Allah semua atas kehendakNya maka oleh karena itu saya selalu mengucapkan apa yang di ajarkan dan disampaikan kepada jujungan kita Rasulallah

    Suka

  3. sabar yang tak ada batasnya hanya milik Alloh SWT, setuju mas

    Suka

Tinggalkan komentar