Solusi Mengentaskan Kemacetan Jakarta

Foto diambil dari http://www.photos-singapore.com
Semua orang tahu kalau Jakarta itu kota yang amat sangat macet. Perjalanan dari Pinggir Jakarta ke dalam Kota saja bisa menempuh waktu yang sama dari Jakarta ke Bandung. Kemacetan tentu juga mengakibatkan kerugian ekonomi, sosial, dan mental yang sangat besar. Namun apa daya, karena konon katanya Jakarta adalah sumber emas, orang-orang terus berdatangan ke Jakarta. Efeknya adalah penambahan motor dan mobil pribadi pun meningkat drastis. Mengamati situasi ini, saya mencoba menganalisis kira-kira apa solusi yang tepat untuk mengentaskan kemacetan di Jakarta. Sebenarnya jawabannya mudah, kurangi penggunaan kendaraan pribadi dan gunakan transportasi umum. Nah, tapi masalahnya gimana caranya untuk bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi?
Pertama, perlu dilakukan perluasan jalan untuk pejalan kaki. Kalau kita lihat, trotoar untuk pejalan kaki di Jakarta sangatlah kecil sehingga orang merasa tidak nyaman dan tidak terfasilitasi untuk berjalan kaki di Jakarta. Trotoar yang sudah kecil ini, ditambah lagi dengan adanya pedagang kaki lima liar. Jika ingin Jakarta tidak macet, trotoar tersebut harus dibersihkan dan ditertibkan sehingga opsi untuk berjalan kaki jika jarak tempuh tidak begitu jauh di Jakarta menjadi terbuka lebar untuk para pejalan kaki.
Kedua, transportasi umum perlu dibenahi. Armada Bus di jakarta yang bernama trans jakarta menurut saya masih belum optimal. Armada bus harus ditambahkan. Saat ini, setengah jam menunggu belum tentu armada bus sudah tiba. Jika ingin mengurangi kemacetan di Jakarta, saya rasa armada bis harus lewat terminal minimal 15 menit sekali, itu minimal. Selain itu, alat transportasi express seperti MRT di Singapore harus dibangun. Maksimalkan kedua alat transportasi tersebut, Bis dan MRT. Lalu terkait metromini, fasilitas metromini menurut saya masih kurang baik. Unit-unit yang sudah tidak layak pakai, harus dilarang untuk beroperasi karena beresiko dan juga mengurangi kenyamanan serta keamanan. Jika armada Transjakarta sudah banyak, sudah di bangun MRT, dan metromini telah dibenahi, maka masyarakat tentu akan memilih menggunakan transportasi publik dibandingkan transportasi pribadi.
Ketiga, jika solusi pertama dan kedua bersifat persuasif, perlu ada solusi yang sifatnya prefentif. Solusi yang paling mungkin adalah penerapan “tiket masuk” ke Jakarta yang cukup tinggi. Konsepnya mirip dengan ERP, tapi rasanya ERP masih sulit diterapkan jika pendataan warga negara belum rapih. Mungkin ketika E-KTP sudah beres, ERP bisa diterapkan. Saya rasa dengan biaya sekitar 20.000-30.000 rupiah untuk masuk Jakarta di jam sibuk sudah cukup untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi yang ingin melintasi Jakarta.
Keempat, selain fasilitas dan infrastrukur, orangnya sendiri juga perlu dibenahi. Perlu adanya publikasi, sosialisasi, dan pencerdasan terhadap etika dan tata tertib berlalu lintas di Jakarta. Mulai dari pencerdasan teknologi pendukung seperti Transjakarta, MRT, ERP, dan sebagainya, hingga aturan dalam menyebrang, mengantri, mengendara, dan sebagainya. Rasanya untuk 4-5 bulan awal, perlu dikerahkan personil polisi dalam jumlah banyak untuk “mengajarkan” berlalulintas yang baik dan benar. Mulai dari etika di zebra cross, etika angkutan umum dalam menaikan dan menurunkan penumpang, etika di lampu merah, dan sebagainya. Polisi harus bisa bertindak mengayomi tapi tetap tegas terhadap segala bentuk pelanggaran. Terbukti budaya sabuk pengaman bisa dibangun dengan ketegasan polisi, saya rasa budaya cerdas di jalan juga bisa dibangun dengan sosialisasi dan kontrol yang baik.
Mungkin saran dari saya kebanyakan tidak feasible dan membutuhkan dana besar, tapi jika tidak segera dirancang tindakan untuk menghentikan kemacetan, mungkin 2017 mobil sudah tidak bergerak lagi di Jakarta. Semoga hal ini juga dipikirkan oleh para pejabat dan pemerintah sehingga Jakarta bisa menjadi kota yang nyaman untuk dilalui dan bisa semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
idenya bagus, selama ini yang ada di pikiranku buat atasi masalah macet masih terfokus di sarana transportasi umum yang baik
SukaSuka