Memblokir Jalan Tol Sebagai Bentuk Protes?

Gambar diambil dari : http://www.republika.co.id
Hari Jumat tanggal 27 Januari terjadi sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh. Demonstrasi merupakan aksi yang biasa terjadi dan merupakan salah satu media komunikasi yang sah, asalkan dilakukan sesuai dengan aturan. Aturan-aturannya mulai dari izin demonstrasi, ketertiban dalam melakukan demonstrasi, tidak mengganggu fasilitas publik, tidak anarkis, dan lain sebagainya. Namun demonstrasi kali ini nampaknya sangat merugikan masyarakat umum karena mereka melakukan demonstrasi di jalan tol Jakarta Bandung dan melumpuhkan lalu lintas di sana. Sudah jelas hal tersebut melanggar aturan karena mengganggu fasilitas umum.
Teman saya kebetulan ada yang terjebak macet, ia mengatakan bahwa perjalanan dari Bandung ke Depok mencapai 12 jam. Bayangkan kerugian apa saja yang terjadi akibat lumpuhnya jalan tol selama 12 jam tersebut. Bisa saja ada ambulan yang membawa pasien kritis di dalam mobilnya, bisa saja ada seorang ibu yang sudah hamil tua dan harus segera ke rumah sakit, bisa saja ada seseorang yang terburu-buru untuk pulang karena ada anggota keluarganya yang sakit, bisa saja ada seorang Ayah yang ingin menyaksikan kelahiran anaknya, bisa saja ada seorang pegawai yang harus mengantar dokumen penting yang mana jika tidak disampaikan tepat waktu akan menyebabkan kerugian ratusan juta dan membuat dirinya dipecat, dan masih banyak kemungkinan kerugian yang dialami oleh ratusan mobil yang terhenti di jalan tol.
Saya rasa para buruh punya hak untuk menyampaikan pendapatnya dan rasa protesnya akibat ia merasa ditindas oleh manajemennya. Tapi jangan sampai cara demonstrasi yang dilakukan dapat menindas hak orang lain dan merugikan orang banyak. Apakah dibenarkan kita berbuat jahat kepada orang lain karena kita dijahati orang lain? Bahkan para pengguna jalan tersebut tidak memiliki salah apa-apa terhadap para buruh. Jangan jadikan orang-orang yang tidak bersalah, tidak ada sangkut pautnya dengan kasus tersebut yang korban dari demonstrasi. Tidak ada gunanya membalas keburukan dengan keburukan lain. Cobalah cari cara untuk menyampaikan aspirasi tanpa perlu mengganggu kepentingan umum. Gunakanlah metode yang lebih kreatif, inovatif, dan aman. Tentu dengan metode yang baik, masyarakat akan merespon positif juga, malah mungkin turut serta membantu memperjuangkan hak para buruh. Tapi juga menggunakan metode yang merugikan masyarakat, yang ada hanyalah imej yang buruk dan hilangnya rasa simpati kepada para demonstran. Yuk, mari demo dengan aman dan tertib.
Kalau menurut kakak demo yang baik yang seharusnya dilakukan buruh itu seperti apa ?
soalnya kelihatannya cara ini ditempuh karena dengan cara demo ditempat masing-masing sepertinya tidak akan menghasilkan suatu hasil seperti yang diinginkan oleh buruhnya.
karena dengan cara ini terbukti pemerintah langsung bergerak dengan mengirimkan mentrinya, sedangkan kalau kebanyakan kita lihat di TV demo buruh yang dilakukan di pabrik masing-masing sepertinya tidak mendapatkan tanggapan secara cepat dari pemerintah
SukaSuka
Kalau mau melihat permasalahan ini secara luas, faktor penyebabnya adalah lemahnya suara buruh karena mereka yang memiliki kekuasaan dan uang tidak bisa disentuh. Ini merupakan permasalahan yang sistemik dan sudah mengakar ke dalam seluruh lapisan masyarakat. Jika ditarik lagi, maka isu ini ujung2nya akan mengarah ke permasalahan KKN di Indonesia.
Saya tidak bisa menemukan solusi praktis yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Tapi akan bahaya sekali jika agar didengar pemerintah, harus melakukan tindakan anarkis. Bisa2 nanti akan ada aksi pemblokiran universitas, pemblokiran pusat perbelanjaan, pemblokiran rumah sakit, dan lain-lain. Kejadian pemblokiran tol kemaren semoga bisa menjadi tamparan untuk pemerintah agar lebih peka terhadap nasib para buruh.
SukaSuka
Tiba-tiba nyasar ke sini. Mau numpang curhat, jadi kebetulan saya sendiri sempat merasakan langsung kerugian dari demo pemblokiran jalan tol ini, pertama saat eyang saya di Jakarta masuk ICU, saya dan ayah segera berangkat dari Bandung dan terjebak demo di Cikarang hingga 4 jam. Setelah 2 minggu dirawat akhirnya eyang saya pergi, dan pada hari pemakaman eyang saya ternyata ada demo lagi, banyak keluarga dan teman yang akhirnya tidak sempat datang ke pemakaman karena terjebak macet hingga 8 jam. Termasuk adik eyang saya yang sudah sepuh (usia 80an) dan masih menyetir mobil sendiri.
Saya yakin pengguna jalan yang lain yang juga dirugikan pasti pada akhirnya kehilangan rasa simpatinya terhadap buruh-buruh yang egois ini. Kalau mau mendapatkan perhatian seharusnya diperhatikan dulu efek sampingnya, apakah merugikan orang lain atau tidak. Karena kalau hal ini terus berlanjut, bisa-bisa yang menjadi bahan kecaman masyarakat adalah buruh-buruh itu sendiri.
SukaSuka