Kembali ke masa saya kelas 3 SMA dulu, ada fenomena luar biasa yang merambah lingkungan sekitar saya sekolah, khususnya menyerang kaum wanita. Virus tersebut datang dari Korea dimana boy band dan film drama Korea menginfasi dunia hiburan di Indonesia. Akibatnya teman-teman (terutama yang wanita) banyak yang menjadi fanatik dan mengidolakan hal-hal berbau Korea. Imbasnya baik di kelas, di kantin, di perpus, dan di tempat lainnya, hal yang dibicarakan tidak jauh dari isu tersebut.

Saya sebagai salah satu yang tidak menyukai hal tersebut merasa terganggu. Apalagi ketika saya ingin menggunakan internet di perpustakaan sekolah, komputer penuh dipakai para wanita pencari film seri dan lagu Korea. Dan sekalinya saya dapat komputer, kecepatannya sangat rendah karena hampir semua komputer sisanya membuka youtube atau mendownload film dalam jumlah banyak. Hingga saya menjadi sangat anti dan sensitif dengan hal-hal yang berbau Korea. Tidak jarang saya menjelek-jelekan dan menjadikannya bahan bercanda kepada teman-teman saya. Terutama buat mereka yang mengidolakan artis-artis cowo dengan muka cantik yang sok ganteng dan sok seksi.

Namun luar biasanya, karma itu nyata adanya. Hal yang waktu itu saya benci, sekarang dengan suka tidak suka harus saya lakukan. Dalam acara Temu Akrab di Himpunan Mahasiswa Informatika, persembahan angkatan saya menggunakan lagu Korea lengkap dengan koreografinya sebagai performance. Dan parahnya, saya menjadi bagian dari performance itu dan diharuskan menghapal gerakan dan lirik yang ada di lagu Korea tersebut. Hampir setiap hari selama persiapan saya menonton dan berlatih hingga akhirnya otak saya pun terkontaminasi dan saya pun turut berubah menjadi FREAK.

“buat yang mau ngeliat keFREAKan itu,  “