My Journal

Framework Dalam Menilai Seseorang

Kita harus berhati-hati dan memilih dengan teliti siapa yang akan kita akan jadikan teman atau partner untuk bekerja sama, namun tetap harus baik kepada semua orang. Itu adalah mindest yang saya terus gunakan dalam kehidupan saya karena sepanjang perjalanan ini pasti kita akan bertemu dengan berbagai jenis orang. Lalu bagaimana saya menilai apakah sesorang pantas dijadikan teman atau partner untuk bekerja sama?

Ada sebuah framework yang dulu dititipkan presiden ke-2 AGI, Naren, ketika saya diminta untuk membantu beliau di AGI. Karena AGI lagi banyak-banyaknya melobi pemerintah untuk program dan kebijakan di industri game lokal, banyak sekali saya bertemu dengan orang yang berbeda. Waktu Naren bilang ada empat kuadran yang bisa kita pilih siapa yang mau kita ajak kerja sama lebih lanjut. Di sumbu X, ada kompetensi. Kita bisa melihat seseorang apakah dia memiliki kompetensi atau tidak, apakah dia pintar atau tidak, apakah bisa kerja atau tidak. Ini kita prioritaskan untuk mengambil kuadran kanan, mereka yang emang kompeten. Tapi kalau kita punya resource lebih dan mau “ngajarin” yang belum kompeten pun gapapa.

Yang gak boleh itu adalah faktor di sumbu Y, apakah dia baik atau tidak. Di AGI, harga mutlak untuk tidak menerima kerja sama dengan seseorang yang punya intensi tidak baik. Ingin menjatuhkan orang lain lah, ingin bikin proyek karena asal bapak senang dan dia bisa naik jabatan lah, apalagi kalau ada yang mau praktik KKN, wah itu disikat habis. Jadi sumbu Y ini gak ada kompromi sama sekali. Kalau dia memang tidak kompeten tapi punya intensi yang baik, masih oke untuk dibantu. Tapi kalau dia punya kompetensi sayangnya intensinya buruk, kita langsung cut. Apalagi yang gak berkompeten tapi jahat.

Nah ini juga yang saya lakukan dalam berteman. Kita kadang melihat yah ada sesorang yang kita gak suka dengan personalitynya dia. Mungkin dia suka pamer, dia sombong, dia kalau ngomong suka gak sopan, atau apapun lah kekurangan seseorang. Tapi kalau semua kekurangan itu dia lakukan tidak dengan intensi jahat, saya pribadi tidak ada masalah berteman dengan orang tersebut. Malah kalau sudah sampai di level pertemanan tertentu, saya bisa ikut memberi masukan agar bisa memperbaiki kekurangannya. Karena kekurangan seseorang itu tidak bisa menegasikan hal positif yang pernah dia lakukan. Selama intensinya baik. Tapi kalau udah ada orang yang keliatan intensinya jahat, sengaja berbohong untuk menjatuhkan orang lain, sengaja menipu untuk mendapatkan proyek, sengaja minta jatah dari RAB, dan yang kayak gitu, wah itu sih saya gak akan mau berurusan sama orang itu. Saya anggap gak ada aja dalam hidup saja. Tapi ingat, balik ke paragraf pertama, kita tetap harus baik sama semua orang. Gak suka sama seseorang, gak mau bekerja sama dengan seseorang, bukan lantas kita berhak menjahati orang itu juga.

avatar Adam Ardisasmita
About Adam Ardisasmita (1384 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan komentar