Masuk Ke Short Form Content Untuk Mengikuti Perkembangan Jaman
Menulis di blog sudah menjadi zona nyaman saya semenjak 2008. Walaupun sempat on off menulis, tapi selalu kembali ke blog ini untuk menuangkan apa yang ada di kepala. Terutama kalau abis belajar ilmu baru, biar gak lupa, selalu saya tulis sebagai metode agar ilmunya lebih lama ngelotok di kepala saya dan juga biar sekalian agar orang yang ngebaca blog ini bisa ikutan belajar. Jadi ya buat saya sih menulis ini sangat terapeutik. Bahkan saya sempat juga sambil jadi kontributor di Tech in Asia, DailySocial yang sekarang jadi product turunannya bernama Hybrid, juga di Dicoding. Tapi semakin ke sini, saya melihat trend orang untuk baca blog sudah menurun. At least untuk generasi Z dan Alpha. Gak tahu yah asumsi saya bener atau enggak yah?
Soalnya yang saya amati, sekarang cenderung konten itu bentuknya bukan lagi long form content kayak blog post ini, tapi short form content kayak thread di twitter dan caption di instagram story. Dan dari sisi format, bukan lagi format tulisan, tapi format video yang saat ini jadi incaran utama. Tentu sebagai game developer yang kerjaannya juga jualan game, kemampuan untuk adaptif ke short form content ini harus kita pelajarin. Saya sendiri pun mulai belajar. Bagaimana behaviour di Tiktok, bagaimana behaviour di Instagram Story, Instagram Reels, bagaimana juga di Youtube Short, di Youtube Video. Karena sebenernya dari sisi esensi kontennya bisa aja satu, tapi packaging nya bisa berbeda-beda tergantung platformnya.
Misal nih, dalam konteks ide narasi dan konten yang mau dibahas, bisa dimulai dari satu blog post ini. Blog post ini bisa dipakai sebagai medium untuk menuangkan ide dan ilmu, lalu membuatnya jadi lebih terstruktur, sebelum nanti ditransofrmasi jadi medium lain. Dari satu artikel di blog ini yang paling menarik, kita bisa record jadi video post di Youtube, lalu buat jadi short content untuk caption di Instagram dengan visual yang lebih menarik, lagi dibuat lagi konten yang lebih kulitnya untuk jadi awareness booster di Tiktok dan IG Reels, dan juga Youtube Short. Honestly, saya kesulitan untuk Youtube Short karena batesnya cuma 60 detik. Kalau di IG Reels kan 90 detik. Lumayan banyak yg harus dicut kalau mau bikin cuma 60 detik. Tapi ya kita selalu bisa mulai dari Tiktok dan IG Reels dulu lah.
Sekarang saya sedang fase experiment untuk di blog dan sosmed saya pribadi dulu. Klo itu udah works, bisa juga diterapkan di Arsanesia untuk strategi promosi yang lebih kuat lagi. Berhubung Project Unseek juga sudah ada demo nya dan sedang mengumpulkan Wishlist yang banyak, saya juga mulai banyak shift gear ke mode marketing. Jadi ke depan kalau ada ilmu-ilmu terkait marketing baru yang saya dapatkan, akan saya share juga di blog ini yah.
Tinggalkan komentar