My Journal

Gamers2Gamers, Sebuah Validasi Dimana Game Lokal Bisa Diterima Pemain di Indonesia

Dulu Bekraf punya kegiatan yang menjadi puncak tertinggi perhelatan game nasional yang bernama Game Prime. Arsanesia gak pernah absen hadir di Bekraf Game Prime dari tahun 2016 sampai yang terakhir di tahun 2019. Di 2016 ketika Arsanesia masih cuma berlima, kita ke sana bawa Arsa Kids. Yang gara-gara itu, kita jadi kenal Discovery Nusantara Capital dan mendapatkan investment dari DNC. Di 2017 kita sudah lebih besar lagi, kita buka booth untuk Arsanesia yang ngebawa Summer Town dan Arsa Kids. Di 2018, kita lebih maksimal lagi bawa tiga produk, Arsa Kids, Summer Town, dan Si Juki Warteg Mania. Dan di tahun 2019 kita bawa konsep yang bener-bener nyelenih yakni kita jadikan booth Arsanesia sebagai Warteg beneran untuk promo game Si Juki Warteg Mania.

Bekraf Gameprime merupakan event yang sangat spesial. Walaupun event tersebut memang tidak translate ke sales, tapi di event ini kita bisa reuni dengan seluruh gamedev se-Indonesia. Ada 50-60 judul game lokal yang bisa kita coba. Jadi bisa kenalan sama gamedev baru, jadi bisa liat progres dari project temen-temen kita yang lain. Dan yang paling penting, event ini jadi ajang untuk edukasi tentang potensi industri game ke lebih dari 20rb pengunjung di tahun 2019.

Kekurangan dari event Bekraf Gameprime ini adalah masih harus menggunakan game eSport dari luar beserta panggung mewah untuk kompetisi, untuk bisa menarik massa. Hal ini membuat saya sering mendengar keluhan ini acara untuk pestanya gamedev lokal, tapi kok panggungnya untuk game dari luar. Memang mungkin di waktu itu, harus menggunakan metode tersebut untuk menarik masyarakat. Setelah itu, pandemi menyerang dan kita kehilangan Bekraf Gameprime. Bekraf nya sendiri sudah berubah jadi Baparekraf melebuh dengan Kemenparekraf, dan sepertinya sudah tidak memiliki kemampuan untuk mengadakan Gameprime lagi.

Tapi di tahun 2022 ini, saya dikejutkan oleh hadirnya event yang menurut saya sangat-sangat menarik. Acara Gamers2Gamers yang diadakan oleh asosiasi media game (INGAME) bersama dengan TheLazyMonday. Acara ini memang dari sisi skala tidak sebesar Gameprime. Tapi dengan skala yang kecil ini, ada beberapa poin menarik yang tervalidasi di sini. Dengan konsep acara hanya satu hari dan pengunjung maksimal 800 orang, terdapat sekitar 10 studio game lokal yang diundang untuk showcase. Saya cukup beruntung, Project Unseek mendapat undangan untuk membuka booth. Awalnya, saya pikir konsepnya akan mirip-mirip dengan Gameprime. Ternyata G2G berhasil membawa sebuah experience yang menurut saya fresh.

Booth Arsanesia, Project Unseek, bersama crew yang kece-kece

Visual dan theme dari G2G ini keliatan banget dikonsep dengan matang. Ala-ala medieval game-game RPG gitu. Jadi dari sisi promosi hingga dekorasi, berasa banget kita berada di dalam sebuah experience yang imersif. Booth game developer aja dibuat ala-ala gubuk tempat NPC biasa jualan item. Kemudian hampir mirip dengan Gameprime, ada token yang bisa kita dapat kalau berhasil mengerjakan challenge di booth gamedev. Yang saya suka, walopun ada booth game dari luar juga, tapi hanya game lokal yang bisa dapet token. Ini menunjukan kalau G2G bener-bener menjadikan Game Lokal sebagai pemeran utama di event ini. Jadi secara konsep acara, saya rasa G2G sukses memberikan rasa baru bagi game dev lokal.

Ada dua poin yang tidak boleh luput untuk kita bahas. Pertama, kita selalu berasumsi klo Indonesia itu marketnya hanya mobile. Dan game premium seperti PC atau console tidak menarik. Di G2G, 99% game yang dishowcase adalah game premium untuk PC dan Console. Tidak ada game luar atau pertandingan esport di event G2G ini. Tapi pengunjungnya ramai sepanjang hari. Dan poin kedua, kalau Bekraf Gameprime bisa ramai sampai 20.000 pengunjung, itu karena acaranya gratis. Kalau G2G, acaranya berbayar dan harga tiketnya pun untuk ukuran event lokal gak murah-murah banget. Dengan kondisi itu, tiket G2G terjual habis dan masih banyak yang minta tiket tambahan. Yang DM saya nanya apakah ada tiket OTS pun juga ada.

Antrian panjang pengunjung untuk main game lokal

Ini menurut saya merupakan ajang validasi dimana masyarakat Indonesia sudah lebih terdukasi lagi terhadap game. Jika selama ini kita asumsikan masyarakat Indonesia tahunya hanya game mobile, di G2G membuktikan game premium pun sudah mulai menjadi daya tarik. Lalu validasi lainnya adalah keinginan untuk mencoba game lokal ini sudah sangat tinggi, sampai-sampai harus berbayar pun mereka rela. Ini merupakan angin hangat sekali untuk kemajuan ekosistem game di dalam negeri. Kita tahu yah sebagian besar game dev lokal itu menilik market global karena merasa market dalam negeri tidak begitu menarik untuk game yang mereka buat. Tapi dengan adanya G2G, bisa perlahan mengedukasi juga masyarakat Indonesia untuk bisa lebih luas lagi wawasan library game nya, dan mengapresiasi game-game buatan developer lokal.

Challenge terbesar dari G2G kalau menurut saya adalah apakah mereka bisa scale acara ini. Kita tahu angka 800-an pengunjung sebagai kick start acara berbayar sudah sangat bagus sekali. Tapi jika kita perbesar acaranya menjadi 10x lipatnya, acaranya jadi di hall yang lebih besar lagi, apakah jumlah masyarakat yang akan hadir dan antusias tetap sebanyak itu? Ini PR bersama yah. Karena saya sangat ingin sekali melihat acara seperti Gameprime dengan 20rb pengunjung, tapi panggungnya tetap diberikan untuk game dev lokal, dan orang-orang mau bayar tiket untuk hadir ke eventnya.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: