Iterasi Proses Game Development Life Cycle di Arsanesia
Dari tahun 2011 sampai tahun 2017 Arsanesia fokus dengan project B2B-nya. Dalam konteks pipeline atau Game Development Life Cycle, project B2B cenderung lebih straight forward. Biasanya kita skip pre-production, karena client sudah ada brief, dan langsung masuk ke production. Once semua fitur yang diminta client terpenuhi, udah deh bikin Berita Acara Serah Terima (BAST). Done.
Tapi pas di tahun 2017 kita dapet investment dari venture capital, kita langsung switch gear ke mode B2C. Di waktu itu kita gak tahu apa itu game pillar, atau itu market research, gimana hierarki yang benar dalam mengembangkan game untuk komersill ke konsumer, dan lain sebagainya. Alhasil, tidak hanya product akhirnya tidak take off, prosesnya pun painful. Akhirnya di tahun 2019, kita kembali ke mode B2B untuk “tarik nafas” dan nambah “bahan bakar” dengan niat beres dari project tersebut, kita kembali ke mode B2C.
Pas kembali ke mode B2C, kita beruntung banget bersamaan dengan mendapat mentor di IGDX Academy. Di situ proses dan cara berpikir kita diperbaiki. Akhirnya ketika kita develop Project Unseek, terasa prosesnya less painful, walaupun kita belum tahu hasilnya gimana. Yang jelas dari sisi Game Development Life Cycle jadi lebih kebayang. Nah sekarang kan Arsanesia lagi ada pipeline game baru, hal yang kita pelajari di Project Unseek ini kita iterasi lagi, bahkan sampai minggu ini pun kita masih terus melakukan penyempurnaan dari pipeline production di Arsanesia. Untuk saat ini, proses GDLC di Arsanesia sebagai berikut.
Tahap 1: Ideation dan Brainstorming phase
Di fase ini, kita berangkat dari mengekstrak game apa yang ada di benak crew Arsanesia yang ingin mereka buat, dengan mencoba mengacu ke pillar Arsanesia. Proses ekstraksi ide dari internal ini sangat penting karena nanti pemilik ide tersebut akan menjadi kalau tidak game director, creative director yang akan menjaga visi dari game nya dan juga “user” dari game tersebut yang tahu dimana letak titik fun nya. Output dari fase ini adalah game concept.
Tahap 2: Concepting Phase
Di fase ini, game director membuat tim kecil dengan artist, designer, dan programmer untuk mendefinisikan lebih detil concept game nya. Di sini proses untuk mendiscover dan mendeskripsikan game pillar, game concept, game visual, hingga Unique Selling point. Output nya biasanya adalah Game Concept Document, Art Direction, dan Proven, Better, New Canvas.
Tahap 3: Market Validation
Berbekal konsep game yang kita miliki, kita coba memvalidasi feasibility dari game ini based on target market dan market demand. Di sini yang banyak bekerja adalah PM yang melakukan Market Research dan UX Researcher yang melakukan User Research. PM akan melihat data-data di Gamalytics, SteamDB, AppAnnie, Sensor Tower, atau media data intelegent lainnya untuk mencari tahu apakah ada marketnya untuk game yang mau kita buat. PM juga akan membaca review-review di game sejenis untuk mencari tahu pain dan gain dari orang yang suka bermain game tersebut. Lalu UX researcher akan mencari 10 orang yang sesuai dengan profile target marketnya untuk diinterview. Bermodal game concept, kita bisa mendapatkan sentimen awal dari target market dan mengetahui elemen apa yang perlu kita prioritaskan. Output dari Market Validation adalah Hook Analysis, Target User’s Profile, dan Value Proposition Canvas.
Tahap 4: Pre-Production
Ketika kita sudah tahu dan yakin dengan pilar game dan marketnya, next kita mulai ke fase pre-production. Di sini kita mulai merancang scope dari projectnya, timeline dan resourcesnya, dan mulai iterasi core loop dari game. Di fase ini juga kita mulai menyusun pitchdeck jika ingin mencari pubsliher. Game Design Document juga sudah mulai dihidupkan dan terus ditambahkan dengan konten. Output dari fase ini adalah game Prototype, GDD, dan Pitchdeck.
Tahap 5: Project Validation
Dengan sekarang kita sudah punya aset dari game yang lebih matang seperti Key Art atau video gameplay, bahkan mungkin sudah ada prototype, kita bisa melakukan validasi lagi apakah benar direction yang kita bawa ini sesuai dengan yang diinginkan oleh user. UX researcher bisa lebih enak melakukan research karena sudah ada vertical slice nya dan PM bisa lebih enak kalau mau bikin campaign untuk A/B testing karena aset-asetnya sudah fix. Output dari project validation ini adalah green light untuk masuk ke production.
Kayaknya tahap berikutnya hampir sama dengan yang lain yah, ada Production dimana fokusnya ke functional dari game build yang sudah lengkap core mechanicnya. Biasa kita bagi jadi Alpha dimana semua game loop masuk, lalu tahap beta dimana semua konten sudah masuk, habis itu polishing untuk masuk ke gold. Sisanya jika perlu ada localization dan porting.
Tentunya ini bukan standar paling benar dan bisa cocok diimplementasikan ke semua kondisi yah. Di Arsanesia aja kita terus evaluasi apakah tahapan yang kita lakukan sudah efektif atau belum. Jadi ya ini pun masih bisa berubah. Tapi saya sangat tertarik kalau temen-temen ada yang ingin diskusi terkait prorduction pipeline, terutama di fase preproduction. Boleh yah dishare pengalaman dan insightnya di kolom komentar.
Tinggalkan komentar