My Journal

Strategi “Kemungkinan Terburuk” Untuk yang Suka Mengebut

Belakangan saya sering sekali melakukan perjalanan (menyetir) Jakarta-Bandung. Ketika senggang, rasanya hati ini ingin sekali menancap gas setinggi-tingginya. Ada satu dua mobil di depan, kelok kanan kelok kiri sedikit terlalui. Apalagi kalau sudah menjadi rutinitas (pp jakarta bandung), tangan dan kaki rasanya sudah reflek melajukan mobil dengan lincah di jalan tol yang panjang itu. Namun, perilaku seperti itu (sebenarnya) tidak baik dan beresiko yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ada beberapa kemungkinan terburuk yang saya tancapkan di kepala saya agar saya bisa lebih hati-hati menyetir di jalan tol.

  • Ketika melajukan kendaraan dengan kencang, ada kemungkinan terjadi sekelibat kelalaian dari kita (ngantuk, meleng, bengong) yang tidak kita sadari dan menyebabkan kecelakaan yang sengit. Misal nabrak balok kecil yang tidak terlihat, mobil hilang kendali, lalu menabrak trotoar, mobil di belakang kita menabrak kita, mobil kita terdorong ke jalur sebelah, dan ditabrak lagi oleh kendaraan yang tidak sadar, dll. Namun jika kita menjaga kecepatan kita, balok yang tertabrak itu tidak akan membuat kita hilang kendali (walopun kita sedang bengong)
  • Ketika melajukan kendaraan dengan kencang, ada kemungkinan terjadi kerusakan pada kendaraan kita. Bisa saja ketika sedang melaju 120 km/jam tiba-tiba ban kita meletus. Kita lalu merasa kaget, membanting stir, dan skenario seperti yang tadi di atas terulang kembali. Atau tiba-tiba di suatu tikungan rem kita blong dan skenario menyeramkan tadi terjadi kembali.
  • Ketika melajukan kendaraan dengan kencang, ada kemungkinan walaupun kita sangat lihat mengendalikan mobil, mengerti peraturan di jalan raya, merawat mesin dengan baik, dan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, orang lain bisa saja tidak sepintar kita. Bisa saja mereka tidak mengambil SIM, atau sedang mabuk, atau memang tidak tau aturan sehingga tiba-tiba memotong jalur kita tanpa sen, tiba-tiba berhenti mendadak, tiba-tiba menyalip kita dari kiri, barang bawaan di bagasinya terjatuh, dan lain sebagainya. Bisa saja kecelakaan fatal terjadi bukan karena kesalahan kita, tapi kesalahan orang lain.

Tanpa perlu mengebut, hal-hal di atas pun sangat mungkin terjadi. Namun jika kita mengebut, ketika hal tersebut terjadi, efek yang dirasakan pun akan jauh lebih fatal dan bisa merenggut entah nyawa kita, nyawa penumpang di belakang kita, atau nyawa pengemudi lain yang tidak bersalah. Oleh karena itu, mari kita lebih berhati-hati menyetir dan selalu waspada akan kedisiplinan kita, kondisi kendaraan kita, dan kelalaian pengemudi lain.

About Adam Ardisasmita (1309 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

1 Comment on Strategi “Kemungkinan Terburuk” Untuk yang Suka Mengebut

  1. wah, belum pernah ngerasain ngebut pake mobil, karena emang belum bisa nyetir, tapi klo ngebut motor sehari-hari, dan saya sependapat dengan “orang lain bisa saja tidak sepintar kita”. Kita udah taat aturan, dan hati-hati berkendara, tapi masih mungkin kecelakaan karena ditabrak. Anggap aja udah waktunya kena musibah.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: