My Journal

Catatan Akhir Ketua Ikatan Alumni Insan Cendekia

Perhari Minggu tanggal 23 Agustus 2020, setelah dilakukan Musyawarah Besar ke-9 IAIC via Zoom, akhirnya resmi saya menyelesaikan amanah saya sebagai ketua dari Ikatan Alumni Insan Cendekia yang sudah saya emban selama lima tahun. Rencana awalnya adalah saya hanya menjabat selama satu tahun dalam periode transisi, namun kenyataan berkata lain dimana di periode berikutnya pada mubes ke-8 saya kembali dipilih menjadi ketua IAIC. Tapi hari ini saya bisa bernapas lega karena tongkat kepemimpinan IAIC dipegang oleh orang yang memang sangat kompeten dan sudah selesai dengan dirinya sehingga bisa fokus memajukan ikatan alumni ini.

baca juga : Mendapat Amanah Di Ikatan Alumni Insan Cendekia

Pada tulisan ini, saya ingin sedikit bernostalgia tentang program dan kegiatan apa saja yang sudah dilahirkan di waktu lima tahun ini. Harapannya, catatan kecil ini bisa menjadi bahan pembelajaran untuk kepengurusan berikut-berikutnya maupun untuk ikatan alumni lain siapa tahu ada hal positif yang bisa di adaptasi dan ada yang bisa diperbaiki lagi lebih lanjut. Karena ikatan alumni, apalagi klo konteksnya alumni SMA, tentu bukan sebuah organisasi yang “seksi” dan mudah untuk digerakan. Orang pasti bertanya, apa benefitnya aku ikut organisasi itu. Apalagi sampai benefit mau jadi ketua di situ.

Bagi IAIC, ada satu privilege dimana sekolahnya merupakan sekolah boarding sehingga bonding di dalam angkatan masih sangat kuat hingga lulus dari sekolahnya. Lalu dengan ada visi dan misi dari founding father Insan Cendekia, Pak Habibi, arah gerak ikatan alumni ini bisa jadi lebih terarah mau kemana. Pak Habibie menjadikan IC sebagai “pabrik” untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang kuat di Iman Taqwa (Imtaq) dan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Jadi kalau masuk IC, kerasa nuansa science yang sangat kental dibalut kehidupan ala-ala pesantren. Dan satu tag line yang saya selalu sampaikan ketika ditanya bagaimana IAIC bisa menjawab mimpi Pak Habibie tersebut adalah dengan suatu saat nanti IAIC bisa reuni di Istana negara karena pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia diisi oleh alumni IC.

Untuk mencapai kesana, organisasi alumni butuh melewati fase pendewasaan. Mirip kayak anak yang baru lahir yang melewati fasi merangkak hingga bisa berlari. IAIC memulai dari fase paguyuban para mahasiswa yang baru lulus IC, lalu fase dimana IAIC menjadi organisasi yang bisa memberikan manfaat buat adik-adik yang masih sekolah di IC, fase dimana IAIC memberikan manfaat buat alumninya, dan yang terakhir IAIC memberi manfaat untuk masyarakat luas. Di 2015, IAIC masih di fase 2. dan goal saya adalah dalam waktu lima tahun kita bisa naik kelas ke fase 3, organisasi kealumnian yang memberikan manfaat buat alumninya. Bagaimana caranya mencapai kesana? Satu jawaban kunci untuk cracked agar bisa naik level dari fase 2 ke 3 adalah silaturahmi. Gimana caranya agar lintas angkatan bisa saling kenal, bisa menemukan benang merah, dan mendapatkan manfaat dari keterhubungan tersebut. Ada banyak program dan usaha yang dibuat untuk bisa mengarah ke sana, mungkin lebih detilnya nanti bisa cek slide presentasi saya ketika Mubes9 ini yah, tapi ada beberapa program yang memiliki dampak cukup signifikan untuk proses “naik kelas” ini yakni Data, Komunitas, dan Eksistensi.

Data

Data memegang peranan paling vital dalam proses menentukan program atau kegiatan apa yang kira-kira bisa memberikan manfaat bagi alumninya. Kita perlu tahu alumni kita sekarang sebarannya seperti apa, sedang berada di dalam stage apa dalam hidupnya, permasalahan-permasalahan apa yang mereka hadapi, dan bagaimana IAIC menjadi salah satu wadah untuk menjawab permasalah mereka, atau bisa juga menjadi arena untuk bisa berkarya. Saat ini alumni IC sudah ada sekitar 2100++ orang. Awalnya target saya adalah ingin mengumpulikan at least 25% dari total sebaran angkatan. Tapi alhamdulillah timnya Pak Sekjen IAIC berhasil mengumpulkan lebih dari 50% data sebaran alumni IC.

Kami pun memperlakukan data dengan sangat hati-hati. Hanya Emil (sekjen IAIC), dan dua orang tim data yang punya akses ke database IAIC. Saya sendiri pun tidak punya akses. Hal ini untuk mencegah kebocoran data atau penyelewengan data yang sudah dihimpun. Jadi untuk saat ini, proses terkait data masih dalam state fokus ke mengumpulkan data. Ke depan pengurus berikutnya bisa lebih mudah memanfaatkan data tersebut untuk menghimpun para alumni. Misalnya, menyatukan alumni dengan profesi atau interest yang sama dalam komunitas.

Komunitas

Walaupun ada nilai sentimentil dan nostalgia yang sama terhadap almamater Insan Cendekia, pada kenyataannya organisasi alumni itu sangat angkatan sentris. Kalau ada acara lintas angkatan, semisal buka puasa bersama IAIC, pada kenyataannya duduknya akan deketan dengan temen seangkatannya, bahkan ada yang menjadikan IC hanya sebagai meeting point untuk selanjutnya jalan bareng seangkatan. Lalu bagaimana menyambungkan frekuensi agar lintas angkatan bisa saling silaturahmi? Jawabannya adalah dengan menambahkan satu benang merah tambahan selain IC, yakni profesi atau interest.

Salah satu yang kami coba bangun sebagai pondasi dari Ikatan Alumni Insan Cendekia adalah cluster komunitas IAIC. Dengan begini, diskusi lintas angkatan menjadi lebih cair, bisa terjadi komunikasi yang bermanfaat, bahkan bisa menjadi embrio untuk lahirnya sebuah gerakan atau karya. Contohnya komunitas blogger yang melahirkan buku Dormistory, Komunitas dokter yang membuat program MCU buat guru, dan lain sebagainya.

baca juga : Mengenal Lebih Dalam Tentang Insan Cendekia Dalam Buku Dormistory, Cerita Kita di Jalan Cendekia

Tantangan dari komunitas tentu adalah manage komunitas itu sendiri. Kalau tidak ada goal, sulit komunitas untuk bisa terus aktif. Untuk bisa aktif, juga perlu terus-terusan regenerasi dan diisi oleh darah-darah muda untuk menjadi api. Hal ini yang belum bisa kami lakukan di kepengurusan sekarang, walalupun di ujung kepengurusan, kelihatan ada satu medium yang bisa jadi ajang aktivasi komunitas, yakni Kabar Alumni. Kabar Alumni adalah program live streaming yang mengangkat profile2 alumni. Sangat possible digilir tiap komunitas untuk mengisi Kabar Alumni sehingga selalu ada ajang utk mereka berbagi dan bercerita, saling mengenal, dan bisa jadi percikan untuk lahirnya gerakan atau karya baru.

Eksistensi

Keberadaan IAIC ini menjadi krusial. Selain kita perlu memanage semua media komunikasi dan publikasi, kita juga perlu secara aktif menunjukan eksistendi dan keberadaan ikatan alumni ini, setidaknya bagi para alumninya. Kalaupun ada sosial media, selalu bingung message apa yang ingin disampaikan secara ikatan alumni merupakan organisasi yang sifatnya masih paguyuban.

Jawaban ini terlihat cukup jelas dengan lahirnya program Kabar Alumni. Acara ini, ditambah dengan kondisi new normal dimana sekarang semua kegiatan beralih jadi online, menjadi sebuah jembatan yang sangat manis dan efektif untuk menunjukan eksistensi IAIC. Tidak hanya IAIC sebagai organisasi, tapi juga anggota-anggotanya yang berprestasi bisa terexpose dan bisa terkoneksi. Harapan saya kegiatan Kabar Alumni ini bisa terus berjalan sebagai media untuk empowerment komunitas dan alumni IAIC sembari meningkatkan eksistensi dari IAIC.

Cukup banyak program lainnya yang mungkin tidak bisa saya bahas satu persatu seperti Reuni Akbar, Alumni Summit, Beasiswa IAIC, pembuatan badan hukum IAIC, dan lain sebagainya. Tapi asalkan data, komunitas, dan eksistensi ini bisa dipertahankan dan dikembangkan, mau bikin program apapun harusnya mudah.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat Tito, Emil, Halim, Niki, Tizar, Andam, Avina, Putra, Alvin, Arum, Leon, dan Ripay yang udah bantu di Ring 1. Kemudian ada rekan-rekan di kepengurusan 2016-2020 yang sempat dihimpun di grup Pengurus IAIC Pusat namun dari saya tidak sempat untuk mengoordinasikan grup tersebut di dalamnya Ariza, Arief Faqihudin, Maryam, Hadiid, Nopul, Yostal, Risyad, Arum, Maytika, Suci, dll. Yang banyak koordinasi kk Emil selaku sekjen. Lalu juga kepada rekan-rekan ketua Komunitas dan juga rekan-rekan Dewan Perwakilan Alumni yang selalu mendukung semua kegiatan dan program IAIC 2015-2020. Semoga ke depan bisa lebih banyak gebrakan dan inovasi yang bisa kita wujudkan bersama-sama di IAIC.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

2 Comments on Catatan Akhir Ketua Ikatan Alumni Insan Cendekia

  1. siap, dam. Insha Allah nanti kita (IAIC) reuni di Istana Negara ya

    Suka

Tinggalkan komentar