My Journal

[Travelling] Korea Bonus Part, Pengalaman Buruk Menggunakan Maskapai “Merah”

Ini adalah bonus part dari seri travelling ke korea saya bersama istri yakni pengalaman buruk menggunakan maskapai “merah.” Saya gak mau mention merk maskapainya karena males berurusan sama pasal karet UU ITE yang terkait pencemaran nama baik. Jadi tebak aja sendiri apa maskapainya. Pesawat kami dijadwalkan dari Incheon jam 9 pagi hari Sabtu ke KL dan lanjut ke Jakarta jam setengah enam sore. Kami sudah ngitung-ngitung waktu untuk transit di KL kira-kira ada 3 jam sebelum berangkat ke Jakarta sehingga incase ada apa-apa, masih ada spare waktu.

Eh tiba-tiba, Jumat malam saya mendapatkan email bahwa penerbangan dari Incheon ke KL diubah menjadi jam 13.30 gitu. Kan jadi gak sempet transit di KL yah, apa pesawat di KLnya juga diundur atau gimana jadi serba gak jelas. Saya coba email maskapai “merah” gak ada tanggapan, mau nelpon maskapai “merah” di Korea udah tutup, mention akun twitternya gak dibales. Saya gak masalah delaynya, yang pasti harus ada kejelasan jadinya penerbangan lanjutan saya gimana, jangan cuma ngasih tau delay di korea tapi gak ada kejelasan penerbangan di KL-nya.

Akhirnya saya memutuskan untuk Sabtu tetap berangkat pagi-pagi agar bisa langsung ke counter dan menanyakan perihal ini. Sampai di counter check in, saya langsung tanyakan apakah benar pesawatnya di delay. Katanya benar, saya dikasih voucher makan siang karena delay lebih dari 4 jam. Terus saya tanya, penerbangan selanjutnya yang ke Jakarta jadinya gimana? Pesawat saya yang seharusnya di delay juga atau tidak? Atau harus numpang ke pesawat berikutnya? Itu pun klo ada kursi kan? Mana saya kan udah booking hot seat, jadi kalau dipindah ke pesawat lain, gak mau dong uang hot seatnya angus karena ditempatin di kursi yang tersisa. Belum lagi masalah bagasi, nanti nasib bagasi kami gimana? Eh counter maskapai “merah” di Korea ini katanya gak tahu-menahu masalah itu, katanya suruh ditanyain aja pas di KL. Doh, kan makin gak jelas dong nasib kita gimana nanti ketika mendarat di KL.

Nganggur dari pagi di incheon

Nganggur dari pagi di incheon

Yaudah saya dan istri bersabar aja sambil nunggu pesawat yang delay itu. Untungnya nyampenya gak ngaret sih, jadi jam setengah 2 lewat saya dan istri udah naik pesawat maskapai “merah” delay tersebut. Udah duduk tenang, berharap semua masalah udah dipersiapkan oleh pihak maskapai “merah” untuk menjaga kenyamanan penggunanya mengingat ada delay mendadak dari pihak maskapai “merah”. Ternyata harapan saya salah. Sampai di KL, sudah jam enam kurang. Kami gak tau pesawat kami sudah berangkat atau belum, gak tau harus ikut penerbangan berikutnya atau gimana, nasib bagasi kami juga gimana. Pas di counter imigrasi, mbak-mbaknya ngeliat tiket kami terus bilang kalau pesawatnya sudah mau boarding, harus buru-buru naik pesawat yang ada di gate yang super jauh. Wih, apa-apaan ini? Bukannya disiapin pesawat pengganti, atau ditungguin kek dikasih delay pesawat berikutnya gara-gara kami di delay, malah disuruh lari ngejer pesawat. Saya gak cuma berdua, banyak rombongan lain yang ikut berlari-lari panik gak jelas mengejar pesawat yang gatenya cukup jauh itu.

Untungnya pas kami sampai, penumpang yang lain juga lagi masuk pesawat. Saya dan istri sih sampai ke pesawat itu dengan selamat karena dari awal landing, ke imigrasi, hingga ke boarding gate, kami berdua lari-lari gak jelas. Buat mereka yang masih bingung harus gimana, tentu gak akan kekejer pesawat ini (dan memang ada yang akhirnya dipindahkan ke pesawat berikutnya). Oke, kami berpikir drama dengan maskapai “merah” berakhir di sini, dengan ending penumpang gak dikasih kejelasan apa yang harus dilakukan ketika pesawatnya didelay begitu saja padahal di tiket kami sudah tertera membeli connecting flight.

Ternyata cobaan gak berakhir sampai sini saja. Begitu mendarat di Jakarta, kira-kira pukul setengah 9 malam, kami menunggu bagasi kami keluar dari pesawat. Namun ternyata, koper kami dan seluruh penumpang yang berasal dari Korea (yang kena delay) bagasinya gak muncul. Kami protes dong ke pihak maskapai “merah”, ternyata maskapai “merah” di Indonesia gak terhubung dengan maskapai “merah” di KL sehingga yang di Jakarta gak tau nih nasib koper kita gimana. Katanya ada lagi yang mendarat dari KL jam 10an, dan jam 12an malem. Bisa jadi juga baru dikirim besoknya. Jadi opsi kami cuma nungguin bagasi itu sampe dateng yang gak tau kapan datengnya, atau nitipin ke petugas maskapai “merah” untuk dikirim ke rumah. Ya kalau rumahnya di Jakarta mungkin bisa, kalau yang ke Jakarta untuk berkunjung? Selama di Jakarta pakai apa kalau barang-barangnya di koper itu? Saya sih gak masalah kok nunggu, yang penting jelas kapan bagasinya dateng. Ini kan bisa hari ini, bisa besok, gak jelas. Gak ada integrasi antar maskapai “merah” di masing-masing negara.

Penumpang lainnya yang menunggu kopernya

Penumpang lainnya yang menunggu kopernya

Akhirnya saya putuskan untuk nunggu saja kopernya dateng. Yang pesawat jam 10, ternyata gak ada juga kopernya. Ada penumpang dari Korea yang dipindahkan ke pesawat itu, juga claim karena bagasinya sama gak terbawa juga kayak kita. Malah ada penumpang yang klaim karena kopernya penyok. Udah ada yang kopernya nyangkut, ini lagi kopernya penyok. Lalu kami menunggu lagi malem-malem, dengan mata lelah, apalagi abis lari-lari gak jelas karena gak ada informasi jelas dari maskapai “merah”, akhirnya jam 12 malem di penerbangan terakhir, koper kami sampe.

Pelajaran dari kejadian ini adalah jangan gunakan connecting flight maskapai “merah” karena antar negara ternyata tidak saling koordinasi sehingga kalau terjadi delay, gak ada kejelasan status dari penumpangnya. Siap-siap aja delay bisa datang H-1, bahkan di malam hari sebelum besok pagi kita berangkat. Kalaupun terpaksa pakai yang transit, jangan masukin koper ke bagasi karena berpotensi untuk barangnya ketinggalan. Apalagi buat yang punya jadwal yang ketat, sebaiknya hindari. Mending kalau mau aman, cari yang direct flight aja langsung ke tujuan daripada harus mengalami ketidak jelasan semalam sebelum berangkat, panik ngejer-ngejer pesawat, dan harus nungguin bagasi yang gak jelas kapan datengnya.

Btw, email saya tentang komplain jadwal pesawat itu, dari bulan Mei sampai detik ini belum dibalas loh. Lalu dari pihak petugas bandara di Jakarta pun, mereka sudah memegang laporan resmi dari kami, tapi tidak ada kompensasi apapun dari kejadian ini. Harapan saya maskapai tersebut bisa segera introspeksi dan berbenah.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

8 Comments on [Travelling] Korea Bonus Part, Pengalaman Buruk Menggunakan Maskapai “Merah”

  1. Wah, serem juga ya connecting flight kalau delay gitu 😐 apa mungkin harus ambil yang jarak connectingnya lumayan jauh ya?

    Suka

  2. enggak profesional ya si maskapai merah Dam. *eeaaaa baca post lama 😛

    Suka

  3. Aa adam,aku jg msh suka lieur ttg connected flight, yg maskapai merah cgk-kl-icn-kl-cgk ini,hrsnya mrk akan lgsg transfer ke next flight gitu ya? Soalnya kl t****r air ada pilihan mau diambil atau lgs transfer?

    Suka

  4. wuah, makasi sudah berbagi pengalaman 🙂
    rencananya bulan juli ini saya mau ke seoul, dan memakai maskapai yang sama dengan anda :’)
    untuk kepulangan saya juga pilih yang transit di KL selama 4 jam , semoga gk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan deh.

    Suka

1 Trackback / Pingback

  1. Terpaksa Naik Kelas Bisnis – Ardisaz

Tinggalkan komentar