My Journal

Kisah Kopi Tumpah

gambar diambil dari http://ceritamu.com/

gambar diambil dari http://ceritamu.com/

Apa sih yang membedakan orang sukses dan orang gagal? Orang yang hidupnya bahagia dan sengsara? Sebenernya jawabannya cukup sederhana, tapi tidak banyak dari kita yang mencoba melakukannya. Sebelum itu, saya akan ceritakan dulu sebuah potongan kejadian yang bisa menggambarkan perbedaan orang-orang yang bisa hidup bahagia dan tidak, judulnya Kopi Tumpah (saya pertama denger cerita ini dari Arief, tapi gak tau sumber aslinya darimana. Dan ini juga saya interpretasikan sendiri lagi :p).

Pada suatu pagi, di sebuah rumah yang sederhana, sang Ayah sedang bersiap untuk menyantap sarapannya di meja makan. Sang Ayah membaca koran pagi itu. Sang Ibu sedang asyik menyiapkan dan menata makanan untuk anaknya. Anaknya semata wayang ini hari itu akan menghadapi ujian sekolah kenaikan kelas ke kelas 2 SD. Sarapan telah siap, Sang Ibu meletakan sepiring roti dan secangkir kopi di dekat Ayah. Ibu lalu memanggil anaknya, memberi tahu kalau sarapan sudah siap. Sang anak keluar dari kamarnya, berbegas ingin mengambil sarapan miliknya, lalu di tengah langkah ringannya, tanpa sengaja ia menyenggol kopi milik Ayahnya yang kemudian tumpah mengenai celana ayahnya.

Sang Ayah sontak langsung berdiri dari kursinya dan membentak anaknya. “Kalo jalan liat-liat dong! Dasar bego!” Tak berhenti di situ, sang Ayah langsung memaki Istrinya “Kalo naro gelas yang bener dong, liat nih celana Ayah basah gini!” Makian, cacian, dan teriakan bergelegar di ruang makan kecil itu. Sang anak menangis sejadi-jadinya. Ketika bus jemputan anak itu datang, sang anak masih menangis dan tidak mau berangkat sekolah. Sang Ibu yang juga sedang shock, berusaha menenangkan anaknya. Hingga akhirnya anaknya tenang, karena sudah ketinggalan jemputan, terpaksan sang Ayah harus mengantarnya. Ketika di mobil, sang Ayah masih terus saja memarahi anaknya. Anaknya hanya bisa tertunduk sedih sepanjang jalan menjadi objek kekesalan sang Ayah, “Liat tuh, gara-gara kamu rewel, Ayah jadi harus nganterin kamu, Ayah bisa telat ke kantor nih, mana ada meeting penting hari ini!”

Sesampainya di sekolah, sang Anak sudah tidak bisa berpikir jernih. Hatinya kacau balau, padahal dia ada ujian penting hari itu. Alhasil, ia tidak bisa mengerjakan ujiannya dan tidak naik kelas. Gurunya pun mencap anak tersebut idiot sehingga anak tersebut menjadi tidak punya percaya diri dan tidak punya masa depan. Sang Ayah, telat datang ke meeting penting yang membuatnya dimarahi bosnya, dan dipecat. Sang istri, shock bukan main melihat kelakuan sang Ayah kepada anaknya dan dirinya sehingga memutuskan untuk menceraikan sang Ayah. Akhirnya, sang Ayah kehilangan segala-galanya dalam hidupnya.

Mari kita coba kembali ke pagi hari tadi, dimana sang Istri baru saja meletakan segelas kopi dan memanggil anaknya untuk sarapan. Sang Anak menyenggol kopi tersebut dan membasahi celana Ayahnya. Sang Ayah berkata “wah, tumpah nih kopinya. Ayah ganti celana dulu ya sebentar. Hati-hati itu masih basah lantainya.” “Maaf yah jadi kotor lantainya, tadi ayah naro kopinya terlalu kepinggir nih, nanti Ayah pel lantainya.” Lalu sang Ayah ganti celana baru yang masih bersih, mengecup serta mendoakan agar anaknya sukses ujiannya, kemudian pamit dan minta doa kepada istrinya karena ada meeting penting hari itu.

Kunci dari cerita di atas adalah sikap. Bagaimana cara kita menyikapi kejadian yang terjadi di depan kita akan mempengaruhi seperti apa kehidupan kita. Musibah, cobaan, dan rintangan itu adalah hal yang pasti terjadi dalam kehidupan kita, kita tidak bisa lari atau menghindar dari itu. Tapi, kita bisa mengendalikan bagaimana kita menyikapi berbagai kejadian yang menimpa kita. Orang-orang yang hidupnya tidak bahagia adalah mereka yang selalu melakukan blame, excuse, dan denial. Menyalahkan kondisi yang menimpanya, mencari alasan atas cobaan yang dia dapatkan, dan menolak untuk mengakui kesalahannya. Jadi resep utama untuk bahagia dan berhasil adalah sikap kita dalam menghadapi masalah.

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

3 Comments on Kisah Kopi Tumpah

  1. Ini tulisan gak dikasih credit-nya? =p
    (AFAIK ini cerita either dari Arief atau dari TED)

    Suka

  2. Gw sih pertama denger cerita ini dari Arief. Gak tau deh ada ato enggak di TED, belum pernah denger.

    Suka

  3. yudamuhamad // 09/07/2013 pukul 1:12 am // Balas

    Reblogged this on Dunia Kecil Yuda.

    Suka

Tinggalkan komentar