My Journal

Perjalanan Minat Menuju IT

Latar belakang Ibu saya adalah S3 di bidang biologi, sedangkan Bapak saya adalah S3 di bidang fisika dan informatika. Besar di bawah asuhan kedua orangtua yang berpendidikan membuat saya tumbuh dengan kesadaran yang tinggi. Saya dibesarkan dengan kebebasan menentukan pilihan.

Saya ingin berbagi sedikit dengan salah satu pilihan besar di hidup saya. Bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk berkuliah di ITB dan ingin mengambil jurusan informatika. Awal mulanya saya tidak tertarik dengan pemrograman sama sekali. Walopun semenjak kecil saya sudah disebut mr technology atau dipanggil glodok berjalan karena gadget-gadget saya yang selalu up to date. Saya sudah menguasai beberapa software yang dahulu anak-anak seusia saya belum bisa. Saya sudah mengenal flashdisk disaat teman-teman saya waktu itu masih menggunakan CD atau Disket. Saya bersyukur karena ayah saya berlatarkan IT, sehingga saya tidak pernah ketinggalan perkembangan terkini tentang teknologi. Namun itu belum membuat saya berminat menekuni IT. Malah saya lebih tertarik untuk menjadi ahli biologi seperti ibu saya atau fisika seperti bapak saya. Di SMP nilai biologi dan fisika saya amat sangat baik. Saya sempat menjadi rangking 1 berturut-turut selama SMP. Itu menambah semangat saya untuk terus mendalami pelajaran-pelajaran tersebut.

Ketika SMA, saya berada di sekolah yang memiliki persaingan yang sangat ketat. Siswa-siswi yang tersaring adalah siswa-siswi terbaik. Di awal, saya sudah tertarik untuk bergabung dengan klub mata pelajaran biologi atau fisika. Namun ketika saya mengikuti testnya, saya tidak lolos di kedua mata pelajaran tersebut. Momen itu cukup menurunkan semangat dan mental saya. Kondisi diperparah dengan keadaan di sekolah saya yang memiliki tingkat belajar mengejar yang tinggi. Soal-soal ujian yang jauh di atas standar. Akhirnya nilai-nilai saya pun turun. Saya tidak mampu bersaing dengan juara-juara lain dari smp lain. Akhirnya saya tidak memiliki prestasi yang menonjol.

Ketika menjelang kelas 2 SMA, kebetulan ada semacam open recruitment untuk sebuah lomba IT di salah satu sekolah IT swasta ternama. Saya entah mengapa ingin mendaftarkan diri. Karena lombanya hanya seputar software, saya merasa cukup mampu. Iseng-iseng untuk pengalaman saja. Namun tanpa saya sangka, saya mendapat juara dua dan menerima sejumlah uang yang cukup besar. Saya sangat kaget dan juga cukup tertantang dengan kemenangan saya. Ketika kelas 2, saya mencoba untuk bergabung dengan tim komputer. Karena test masuknya soal-soal logika dan saingan saya adalah anak-anak kelas satu, akhirnya saya bisa bergabung di tim komputer.

Ternyata komputer tidak semudah yang saya bayangkan. Ketika masuk pelatihan, langsung bertemu dengan pemrograman. Saya yang buta sama sekali pun mengalami shock. Tiap pertemuan, yang saya lakukan adalah mengopi pekerjaan teman. Tiap ada tugas pun sama. Beberapa kali saya tidak masuk kelas pelatihan karena malas. Saya jadi amat sangat tidak termotifasi, cenderung kesal. Saya merasa salah masuk. Tapi beruntung saya memiliki rasa gengsi yang tinggi. Saya sudah terlanjur masuk tim komputer, saya sudah pernah juara dua (walaupun bukan lomba pemrograman), jadi saya tidak boleh mundur. Ketika liburan, saya mulai belajar dari nol lagi. Dari konsep-konsep awal. Ketika di pelatihan pun sama, pelatihnya menerangkan materi yang sangat jauh namun saya malah belajar dasar-dasarnya. Ketika diminta mengumpulkan tugas, saya menyalin punya teman sembari saya belajar dari dasar. Saya kejar senior-senior saya untuk mengajari saya. Saya minta buku-buku panduan mereka belajar. Walaupun di klub saya tetap tidak bisa apa-apa, saya tidak perduli. Saya memang sudah tertinggal jauh, tapi setidaknya saya berusaha mengejar daripada tidak sama sekali. Kemudian datanglah momen yang ditunggu-tunggu oleh setiap anggota klub mata pelajaran. Olimpiade sains nasional (OSN).

Beberapa bulan menjelang seleksi Kabupaten, semua tim mata pelajaran menyiapkan dirinya. Ada sebuah pelatihan intensif yang disebut dengan science camp. Selama beberapa hari berlatih keras berjam-jam, saya mulai bisa sedikit demi sedikit. Walaupun hasil test harian saya juga belum cukup menunjukan hasil yang signifikan, tapi sudah jauh lebih baik. Saya sudah bisa sedikit-sedikit. Semakin lama, materi semakin sulit. Saya pun mengejar dengan terpincang-pincang. Sulit sekali. Melihat teman-teman saya lainnya yang sudah mahir membuat saya semakin terbakar. Saya terus berusaha mempelajari itu. Hingga akhirnya hari ujian seleksi untuk masuk ke tingkat kabupaten dimulai. Dari sekolah kami hanya dikirim lima orang per mata pelajaran. Jadi ini seleksi untuk memilih lima besar di masing-masing klub. Klub komputer ada ujian tulis dan ujian praktek. Di saat ujian pun saya mengerjakan sekuat tenaga saya. Saya sama sekali tidak bepikiran akan lolos, tapi saya berusaha dan berdoa sekuat tenaga. Lalu tibalah hari-hari menjelang pengumuman. Namun, tiba-tiba saya bertemu dengan salah satu pelatih di klub saya. Kebetulan dia yang memeriksa jawaban ujian praktek. Dia juga tahu sebesar apa kapasitas saya dan dia merasa saya telah melakukan kecurangan. Dia sudah menuduh saya mencontek. Saya jujur saja merasa kesal, hasil belajar saya mati-matian dibilang hasil mencontek. Ketika hari pengumuman, saya sudah takut tidak keterima karena dugaan mencontek. Namun ternyata saya lolos, sang penguji tadi meminta maaf kepada saya. Setelah melihat nilai ujian tulis saya, dia pun akhirnya mengakui kemampuan saya. Saya berada di posisi ke 4 dari 5 orang. Untuk ukuran belajar dari nol, hasil itu sudah lebih dari cukup. Walaupun akhirnya saya tidak lolos di seleksi tingkat kabupaten, hasil yang saya dapatkan sudah lebih dari cukup.

Ketika kelas tiga, menjelang akhir dari semester pertama, ada sebuah pesta sains nasional yang diadakan berpetepatan dengan OSN. Berhubung orang-orang terbaik dari SMA saya sudah dikirim ke OSN, akhirnya saya terpilih untuk mewakili SMA saya di pesta sains tersebut. Modal saya hanya menghapalkan tipe soal dan jawaban dari soal-soal latihan yang sudah ada. Saya sama sekali tidak mengulang teori pemrograman yang dulu saya pelajari. Ketika mengerjakan ujian tulis, saya merasa sangat senang. Karena banyak dari soal yang saya hapalkan yang keluar. Sayapun mengerjakan dengan lancar dan lolos ke babak berikutnya, ujian praktek. Di ujian praktek ini saya kelabakan. Peserta yang lain terlihat dapat mengerjakan dengan mudah. Saya yang tidak belajar dan bermodalkan menghapal soal saja menjadi sangat kesulitan. Akhirnya di babak praktek itu saya menulis asal-asalan saja. Saya sudah pasrah. Tapi lagi-lagi terjadi hal yang mengejutkan. Saya menjadi juara dua di pesta sains tersebut. Saya pun maju ke panggung dengan keheranan. Ternyata ketika bertemu dengan tim penilai. Mereka berkata “oh ini toh yang ngisi ujian prakteknya asal-asalan”. Saya bingung, kenapa bisa menang. Ternyata itu hasil dari ujian tulis saya yang skornya sangat tinggi.

Setelah mendalami pemrograman, saya pun merasa sangat tertarik untuk meneruskan lagi belajar pemrograman. Banyak hal-hal yang menantang untuk dipelajari lagi. Saya pun memutuskan untuk mengambil jurusan ilmu komputer. Pilihan saya adalah ilmu komputer UI dan Informatika ITB. Dan Alhamdulillah saya keterima di ITB dan bisa melanjutkan belajar pemrograman.

gambar dari : http://www.becs.ac.in/it.html

About Adam Ardisasmita (1373 Articles)
CEO Arsanesia | Google Launchpad Mentor | Intel Innovator | Vice President Asosiasi Game Indonesia | Blogger ardisaz.com | Gagdet, Tech, and Community enthusiast.

9 Comments on Perjalanan Minat Menuju IT

  1. wah,gw ga nyangka ternyata perjuangan lo keren juga ya..hhe..gw juga ngalamin yang lo alamin,dam..baru2 aja kok..yaitu di pelajaran PTI A..hehe..gw yang bener2 mulai dari nol ga ngerti sama sekali, mesti sekelas dengan beberapa anak yg sudah mahir, itu bener2 ngebakar gw..secara gw orangnya ga suka dikalahkan, gw belajar lah tuh abis2an..an lo tau kan nilai UTS gw..alhamdulillah bgt..untuk ukuran belajar dari nol dalam waktu sesingkat itu, nilai ini bener2 ga gw sangka, dam..makanya gw seneng bgt dan amat sanga bersyukur..

    emang kalo kita niat, ga ada pelaaran yang ga bisa dikuasai..ya kan?setuju tak?

    maen2 ke blog gw yaa..

    Suka

  2. panjang sekali tulisan anda…. dasar anak kuliah

    (belum baca apa2, cuma ngeliat sekilas aja hehe)

    Suka

  3. tapi din, kok lw ga tertarik ke pemrograman? IF ato IST gt? hehehe
    gpp lah, di telkom juga ketemu programing lagi kan?
    seneng ato sedih?

    bener banged! kalo udah punya kemauan, apapun itu pasti bisa kita atasi.

    Suka

  4. gw kan mau EL,dam..hehe..doain ya..gw bener2 EL oriented nih..gw suka bgt ngutak-ngatik barang2 yg ada kabelnya..biasanya gw bongkar trus gw pasang lagi..latian2 aja gitu..biar ntar kalo udh berumah tangga nggak tergantung mulu ama suami..hehe

    Suka

  5. hehehe,, mantab tu din.. jadi istri yang mandiri
    btw din, blog lw berat bener ya? susah masuknya

    Suka

  6. selamat berjuang dam di if.. hehe
    padahal gw ud menunggu nunggu lo untuk jadi ksini juga heheh
    oia gw link ya mennn blog lo..
    link punya gw jg okehh?

    -http://tabidachi-start.co.cc-

    Suka

  7. wess anak osn ternyata, dan if is the best,, gw pengen banget if dam, tapi impian gw sejak sma gw pengen sesuatu yang berhubungan sama hidrokarbon (yang pasti bukan jur. kimia) makanya gw malah dapet fttm, makanya skrg gw inspired banget sama yang namanya memulai dari nol. semua ahli pemrograman maupun elktrik juga bermula sama kayak kita, mahasiswa yang suka terseok seok juga ngadepin hidup baik kuliah dan bla2 lain. wess ngomong apa gw sih?? semangat dah untuk kuliah di itb!!

    Suka

  8. boleh tw ,ap aj yg d ajarin d pemrograman IT??klw mslkn gak prnh sm skali blajar IT,trz ambl kul IT bs gak ya??? Wah2 gila2 Anak ITB trnyata…

    Jd serem dengernya!!! Slm knal y Bang!!!

    Suka

  9. di kuliah (klo di ITB) tingkat awal diajarin pelajaran dasar untuk menjadi teknokrat. Jadi sedikit banget menyentuh pemrogramanannya. Jadi gak masalah kalau belum pernah belajar sama sekali. Banyak kok yg emang basiknya nol dengan komputer.

    Salam kenal juga ya

    Suka

Tinggalkan komentar